Belajar dari Kasus DJ Avicii, Ini Penyakit yang Dipicu Alkohol (2)

Belajar dari Kasus DJ Avicii, Ini Penyakit yang Dipicu Alkohol (2)

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Minggu, 22 Apr 2018 17:41 WIB
Belajar dari Kasus DJ Avicii, Ini Penyakit yang Dipicu Alkohol (2)
Foto: iStock
Jakarta - DJ Avicii, DJ kenamaan asal Swedia meninggal di usia yang masih amat muda, yaitu 28 tahun karena pankreatitis. Salah satu penyebab utama dari pankreatitis adalah kebiasaan minum-minum.

Sebenarnya bukan hanya pankreatitis saja penyakit yang dipicu oleh kebiasaan buruk ini. Bukan rahasia umum jika alkohol diketahui dapat mengakibatkan berbagai kondisi yang tidak menguntungkan bagi kesehatan.

Berikut sederet penyakit lain yang dipicu oleh alkohol, seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Minggu (22/4/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Infeksi

Foto: thinkstock
Alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menekan sistem kekebalan sehingga seorang peminum mudah terserang infeksi, mulai dari yang ringan hingga berat seperti TB, pneumonia, HIV/AIDS, termasuk infeksi menular seksual.

"Apalagi orang yang suka minum biasanya cenderung terlibat dalam seks berisiko, sehingga risiko terkena penyakit seksual menular bisa tiga kali lipat," ungkap Jurgen Rehm, PhD dari University of Toronto.

2. Gangguan pencernaan

Foto: thinkstock
Minum-minum dapat menyebabkan gangguan sistem pencernaan, semisal maag, nyeri pada ulu hati dan peradangan pada organ pencernaan lainnya hingga pendarahan internal bila sudah sangat buruk.

3. Kerusakan otak

Foto: iStock
Alkohol mengubah reseptor otak dan neurotransmitternya sehingga fungsi kognitif, mood, emosi dan kemampuan reaksinya. Akibatnya, peminum alkohol sering mengeluhkan penglihatan yang buram, gangguan daya ingat, bicara yang terbata-bata, susah berjalan dan lambatnya reaksi.

Efek lain adalah alkohol mempengaruhi reseptor serotonin dan GABA pada otak yang membuat seseorang tak mudah takut, sehingga mereka cenderung berani melakukan tindakan berisiko. Alkohol juga mengganggu koordinasi motorik dan keseimbangan, sehingga peminum rentan jatuh atau berjalan terhuyung-huyung.

4. Kurang vitamin

Foto: Thinkstock
Orang yang mengonsumsi alkohol biasanya tidak memakan makanan yang sehat. Selain itu nutrisi dalam tubuh mereka tidak tercerna dengan baik, sehingga mereka cenderung tidak sehat.

5. Osteoporosis

Foto: thinkstock
Konsumsi alkohol secara kronis, terutama sejak usia remaja, dapat menurunkan kesehatan tulang secara dramatis, sehingga risiko osteoporosisnya ikut meningkat. Padahal mereka yang mengidap kondisi ini cenderung mudah mengalami patah tulang dan pelemahan struktur tulang.

6. Depresi

Foto: ilustrasi/thinkstock
Ada perdebatan panjang tentang siapa yang lebih dulu memicu masalah: apakah kebanyakan minum bikin depresi atau sebaliknya depresi mendorong orang lebih banyak minum. Sebuah studi berskala besar dari Selandia Baru menyebutkan bahwa minum alkohol dalam jumlah besar dapat mengakibatkan depresi.

Penelitian lain menyebut depresi membaik ketika peminum berat akhirnya tobat alkohol.

Halaman 2 dari 7
Alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menekan sistem kekebalan sehingga seorang peminum mudah terserang infeksi, mulai dari yang ringan hingga berat seperti TB, pneumonia, HIV/AIDS, termasuk infeksi menular seksual.

"Apalagi orang yang suka minum biasanya cenderung terlibat dalam seks berisiko, sehingga risiko terkena penyakit seksual menular bisa tiga kali lipat," ungkap Jurgen Rehm, PhD dari University of Toronto.

Minum-minum dapat menyebabkan gangguan sistem pencernaan, semisal maag, nyeri pada ulu hati dan peradangan pada organ pencernaan lainnya hingga pendarahan internal bila sudah sangat buruk.

Alkohol mengubah reseptor otak dan neurotransmitternya sehingga fungsi kognitif, mood, emosi dan kemampuan reaksinya. Akibatnya, peminum alkohol sering mengeluhkan penglihatan yang buram, gangguan daya ingat, bicara yang terbata-bata, susah berjalan dan lambatnya reaksi.

Efek lain adalah alkohol mempengaruhi reseptor serotonin dan GABA pada otak yang membuat seseorang tak mudah takut, sehingga mereka cenderung berani melakukan tindakan berisiko. Alkohol juga mengganggu koordinasi motorik dan keseimbangan, sehingga peminum rentan jatuh atau berjalan terhuyung-huyung.

Orang yang mengonsumsi alkohol biasanya tidak memakan makanan yang sehat. Selain itu nutrisi dalam tubuh mereka tidak tercerna dengan baik, sehingga mereka cenderung tidak sehat.

Konsumsi alkohol secara kronis, terutama sejak usia remaja, dapat menurunkan kesehatan tulang secara dramatis, sehingga risiko osteoporosisnya ikut meningkat. Padahal mereka yang mengidap kondisi ini cenderung mudah mengalami patah tulang dan pelemahan struktur tulang.

Ada perdebatan panjang tentang siapa yang lebih dulu memicu masalah: apakah kebanyakan minum bikin depresi atau sebaliknya depresi mendorong orang lebih banyak minum. Sebuah studi berskala besar dari Selandia Baru menyebutkan bahwa minum alkohol dalam jumlah besar dapat mengakibatkan depresi.

Penelitian lain menyebut depresi membaik ketika peminum berat akhirnya tobat alkohol.

(lll/lll)

Berita Terkait