Thalassemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang mana sel darah merah mudah pecah. Penyakit ini diturunkan oleh kedua orang tua dan pada umumnya terjadi sejak anak-anak.
"Sel darah merah dibentuk dari dua protein utama, alpha dan beta. Di Thalassemia, protein alpha atau beta-nya tidak terbentuk, jadi harusnya bulet tapi jadi pecah," ujar Kepala Divisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Pustika Amalia Wahidiyat, SpA(K), saat ditemui di Kementerian Kesehatan RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (8/5/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalah dari sel darah merah yang mudah pecah akan terjadi anemia, dan itu nggak bisa menggunakan obat, makanya harus transfusi seumur hidup," tegas dr Lia.
Pada pasien Thalassemia mayor harus transfusi darah dan mengonsumsi obat seumur hidup, sedangkan pada pasien Thalassemia intermediet diharuskan transfusi darah tidak sesering pasien Thalassemia mayor.
Tanda fisik seseorang dengan Thalassemia yaitu pucat, perut membesar karena pembengkakan limpa dan hati, perubahan bentuk tulang muka, serta warna kulit menghitam.
"Di sel darah merah itu ada zat besi, kalau pecah itu (zat besi) akan keluar. Itu lah yang mewarnai kulit anak-anak Thalassemia yang bikin lebih hitam," jelas dr Lia.
Untuk mencegah bertambah banyaknya jumlah kasus Thalassemia, dr Lia mengharapkan skrining Thalassemia bisa masuk dalam program kesehatan di Indonesia.











































