ASI memang merupakan asupan terbaik yang bisa diberikan dari ibu kepada anaknya. Di dalam ASI terdapat kolostrum yang berkontribusi meningkatkan antibodi pada tubuh bayi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu nggak cukup. ASI harus, imunisasi juga penting. ASI punya berbagai zat protektif untuk melindungi bayi dari infeksi, yang fungsinya imunitas umum. Vaksinasi bertujuan membentuk kekebalan spesifik terhadap agen penyakit tertentu, seperti TBC, polio, hepatitis B, difteri, dan lain-lain," tutur dr Wiyarni kepada detikHealth saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Rabu (15/8/2018).
Sehingga, tidak serta-merta ASI dapat disebut vaksin alami karena ASI dan vaksinasi atau imunisasi memiliki tujuan yang berbeda dalam hal melindungi tubuh. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) vaksin dapat memberikan imunitas yang lebih baik serta telah diuji sehingga lebih aman dan efektif.
Selama bulan Agustus sampai September 2018 ini akan dilaksanakan fase II kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) di seluruh Indonesia. Hingga kini, baru ada enam negara di kawasan Asia Tenggara WHO yang lebih cepat telah mengontrol rubella dan congenital rubella syndrome (sindrom rubella bawaan) dari tahun target 2020, namun Indonesia belum menjadi salah satunya.
Gencarnya penolakan vaksin menjadi salah satu kendala. Selain soal isu halal-haram, berbagai keluhan yang dikaitkan dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) juga memperburuk ketakutan sebagian orang tua yang hendak memvaksin anaknya.
Terbaru, seorang bocah di Aceh dilaporkan harus dirawat karena tidak bisa menggerakkan kakinya usai mendapat imunisasi MR. Dinas Kesehatan setempat telah membantah bahwa kasus tersebut merupakan efek samping dari vaksin yang diberikan.
Tonton juga video: 'Benarkah Vaksin untuk Bayi Mengandung Babi dan Mampu Menimbulkan Autisme?'
(frp/up)











































