Bekerjasama dengan psikiater di RS Bhayangkara, penyidik Ditreskrimum Polda Jatim memeriksa kejiwaan enam pelaku swinger dan menemukan kejadian ini terjadi murni karena gaya hidup.
Ditemui di IMERI Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, dr Fransiska Kaligis, SpKJ(K), dokter spesialis kejiwaan menuturkan kasus tukar pasangan atau swinger adalah hal yang harus tidak bisa dihakimi begitu saja. Perlu ada penelitian dan wawancara mendalam untuk mengetahui penyebab seseorang menjadi pelaku swinger. Ini bisa menyangkut, salah satunya, dengan nilai-nilai yang orang tersebut anut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tergantung dari nilai-nilai yang mereka dapatkan ya dari perkembangan, dari kecil aja juga nilai-nilai moral yang didapatkan dari keluarga apakah itu masih dipegang teguh atau sudah mengendur. Jadi memang ada nilai-nilai yang dipegang dari kecil," ujarnya.
Jika ditanya lumrah atau tidaknya, tentu saja di budaya kita, swinger adalah hal yang tidak lumrah. Namun bergantung juga, negara lain mungkin saja memiliki budaya yang berbeda.
"Saya tidak tahu secara pasti, kita tidak bisa judge langsung dia bermasalahnya apa," tandasnya.











































