Awkarin Blak-blakan Soal Mental Illness, Ini Gejala yang Bisa Dikenali

Awkarin Blak-blakan Soal Mental Illness, Ini Gejala yang Bisa Dikenali

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 23 Okt 2018 13:02 WIB
Awkarin Blak-blakan Soal Mental Illness, Ini Gejala yang Bisa Dikenali
Foto: Palevi S/detikHOT
Jakarta - Mentall illness atau penyakit mental merupakan kondisi kesehatan mental yang melibatkan perubahan emosi, pemikiran, perilaku, atau kombinasi dari ketiganya. Penyakit mental sering dikaitkan dengan gejala depresi yang dialami oleh penderitanya.

Belum lama, Awkarin, mencuri perhatian publik dengan mengunggah video di akun youtube pribadinya mengenai dirinya yang sempat mengalami depresi dan mental illness. Seringkali, gejala dari kondisi kesehatan mental ini kurang disadari oleh banyak orang sehingga memunculkan efek yang luar biasa pada pengidapnya.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla, MPsi, terdapat beberapa gejala dari mental illness yang bisa dikenali:

Kehilangan semangat

Foto: Thinkstock
Seseorang yang mengalami kondisi depresi akan tidak bersemangat dalam beraktivitas, bahkan meninggalkan hobi dan kegemarannya. Mereka secara tiba-tiba tidak tertarik lagi untuk melakukan kegiatan apapun, pikirannya kosong dan kacau.

Jika kamu memiliki kawan atau kerabat yang tiba-tiba menghentikan aktivitas yang ia sukai, coba lakukan pendekatan. Bisa saja mereka mengalami depresi dan membutuhkan teman untuk berbagi.

Sering sedih, kosong atau hampa

Foto: iStock
Melamun dan menghayal, dua kebiasaan ini akan sering dijumpai pada orang dengan gejala mental illness. Tatapan kosong dan tidak mengikuti arah pembicaraan ketika sedang mengobrol dengan teman.

Mereka juga kerap kali menghindari kontak mata dan menghindari pertanyaan yang menjurus mengenai dirinya untuk menyembunyikan kegelisahan yang dirasakan.

Merasa tidak berguna

Foto: thinkstock
Kata-kata seperti ini akan sering terdengar, "apakah saya berguna?" "apakah kehadiran saya diinginkan", "apakah kalau saya tidak ada, orang lain akan mencari atau merindukan saya atau jangan-jangan tidak adanya saya tidak berdampak apapun pada orang lain (temen-temen dan keluarga)?"

Suka menyendiri

Foto: Istock
Seseorang yang awalnya aktif dan sering bergaul atau sekedar nongkrong dengan teman secara tiba-tiba menarik diri, mungkin perlu diberikan perhatian lebih khusus. Pasalnya, mereka yang mengalami depresi cenderung merasa bahwa lingkungan sosial tidak penting.

Terkadang mereka menarik diri karena terlampau jenuh harus terus berpura-pura merasa baik-baik saja padahal terdapat gejolak yang sangat ekstrim di dalam dirinya.

Merasa tidak ada yang bisa mengerti

Foto: Thinkstock
Pribadi dengan kondisi kesehatan mental cenderung pemikiran yang negatif mengenai segala hal yang memiliki keterkaitan dengan mereka. Sekedar ungkapan tidak setuju mengenai sesuatu yang sepele dapat menurunkan rasa kepercayaan dirinya.

Mereka harus mencari tahu dan menemukan bahwa keberadaannya di dalam kehidupan ini bermakna untuk orang lain. Keberadaan orang lain yang secara tulus peduli, memberikan perhatian, menyediakan hati dan telinga untuk mendengar sangat memacu mereka untuk tetap bersemangat dalam menjalani hidup.

Ingin bunuh diri

Foto: ilustrasi/thinkstock
"Gue pengen mati aja," kalimat ini biasa terucap dari pribadi dengan kondisi mental yang tidak stabil. Penderita mental illness cenderung memiliki pemikiran untuk melakukan tindakan menyakiti diri sendiri ataupun berupaya mengakhiri hidup.

Hal ini terjadi karena mereka merasa tidak mendapat dukungan dan orang lain tidak mengerti mengenai yang mereka rasakan

Halaman 2 dari 7
Seseorang yang mengalami kondisi depresi akan tidak bersemangat dalam beraktivitas, bahkan meninggalkan hobi dan kegemarannya. Mereka secara tiba-tiba tidak tertarik lagi untuk melakukan kegiatan apapun, pikirannya kosong dan kacau.

Jika kamu memiliki kawan atau kerabat yang tiba-tiba menghentikan aktivitas yang ia sukai, coba lakukan pendekatan. Bisa saja mereka mengalami depresi dan membutuhkan teman untuk berbagi.

Melamun dan menghayal, dua kebiasaan ini akan sering dijumpai pada orang dengan gejala mental illness. Tatapan kosong dan tidak mengikuti arah pembicaraan ketika sedang mengobrol dengan teman.

Mereka juga kerap kali menghindari kontak mata dan menghindari pertanyaan yang menjurus mengenai dirinya untuk menyembunyikan kegelisahan yang dirasakan.

Kata-kata seperti ini akan sering terdengar, "apakah saya berguna?" "apakah kehadiran saya diinginkan", "apakah kalau saya tidak ada, orang lain akan mencari atau merindukan saya atau jangan-jangan tidak adanya saya tidak berdampak apapun pada orang lain (temen-temen dan keluarga)?"

Seseorang yang awalnya aktif dan sering bergaul atau sekedar nongkrong dengan teman secara tiba-tiba menarik diri, mungkin perlu diberikan perhatian lebih khusus. Pasalnya, mereka yang mengalami depresi cenderung merasa bahwa lingkungan sosial tidak penting.

Terkadang mereka menarik diri karena terlampau jenuh harus terus berpura-pura merasa baik-baik saja padahal terdapat gejolak yang sangat ekstrim di dalam dirinya.

Pribadi dengan kondisi kesehatan mental cenderung pemikiran yang negatif mengenai segala hal yang memiliki keterkaitan dengan mereka. Sekedar ungkapan tidak setuju mengenai sesuatu yang sepele dapat menurunkan rasa kepercayaan dirinya.

Mereka harus mencari tahu dan menemukan bahwa keberadaannya di dalam kehidupan ini bermakna untuk orang lain. Keberadaan orang lain yang secara tulus peduli, memberikan perhatian, menyediakan hati dan telinga untuk mendengar sangat memacu mereka untuk tetap bersemangat dalam menjalani hidup.

"Gue pengen mati aja," kalimat ini biasa terucap dari pribadi dengan kondisi mental yang tidak stabil. Penderita mental illness cenderung memiliki pemikiran untuk melakukan tindakan menyakiti diri sendiri ataupun berupaya mengakhiri hidup.

Hal ini terjadi karena mereka merasa tidak mendapat dukungan dan orang lain tidak mengerti mengenai yang mereka rasakan

(up/up)

Berita Terkait