Salah satu netizen detikHealth menuliskan pertanyaan seputar masalah yang hampir-hampir mirip dengan permasalahan tersebut, ialah Adistia. Nah, psikolog klinis Talissa Carmelia, M.Psi, dari Personal Growth, menjelaskan perbedaan di antara keduanya.
"Untuk bisa menilai apakah yang dilakukan tersebut termasuk body shaming atau tidak, sebelumnya kita perlu mengetahui terlebih dahulu indikator perilaku yang tergolong sebagai body shaming," balasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Body Shaming, Becanda atau Menghina? |
Body shaming terjadi ketika tindakan mengomentari fisik, penampilan atau citra seseorang dilakukan secara berulang. Ditambah, tindakan tersebut dilakukan karena adanya intensi mengejek, dan nada bicara terkesan mengejek. Jadi memang sengaja nih kelihatannya.
Namun perlu diketahui, reaksi orang terhadap body shaming itu sendiri menjadi subjektif karena setiap orang memiliki reaksi dan pemahaman yang berbeda dalam menerima perilaku tersebut. Sehingga belum tentu ketika orang mengucapkan opini negatif, yang lainnya juga akan merasa hal tersebut negatif atau sebaliknya.
"Jikalau kamu merasa terganggu dengan kata-kata gendut, maka kamu berhak menyampaikan apa yang dirasakannya secara sopan sehingga temanmu mengetahui perasaanmu dan memperhatikan kata-katanya kedepannya, meski dengan maksud memberikan pujian," tandasnya.
Baca juga: Cantik itu Sehat, Bukan Kurus |
Saksikan juga video ' Dibully karena Gemuk, Vlogger Ini Balas Lewat Video Tutorial Keren ':












































