53,2 Persen Warga DKI Tahu Kanker Mulut, Terbanyak dari Bungkus Rokok

53,2 Persen Warga DKI Tahu Kanker Mulut, Terbanyak dari Bungkus Rokok

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Kamis, 13 Des 2018 13:17 WIB
53,2 Persen Warga DKI Tahu Kanker Mulut, Terbanyak dari Bungkus Rokok
Banyak orang kenal kanker mulut gara-gara gambar seram di bungkus rokok (Foto: Rachman Haryanto)
Jakarta - Pictorial health warning (PHW) atau 'gambar seram' yang ada di bungkus rokok bertujuan sebagai peringatan kesehatan yang disebabkan oleh rokok. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh FKG UI mengungkapkan sebanyak 53,2 persen dari 1000 atau sejumlah 532 warga Jakarta mengetahui soal kanker mulut, kebanyakan dari pictorial warning yang ada di bungkus rokok.

Penelitian ini dipimpin oleh Dr drg Yuniardini Septorini Wimardani, MScDent dan tim Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) pada tahun 2018 yang dipublikasikan di Journal Investigation and Clinical Dentistry. Dari 532 warga yang disurvey tersebut, 43,3 persen warga mengaku mendapatkan informasi soal kanker mulut dari health warning, seperti gambar seram di bungkus rokok.

"Salah satunya berasal dari health warning seperti di bungkus rokok. Namun soal bungkus rokok, perlu adanya regular refreshment atau penggantian gambar secara berkala. Karena gambar di bungkus rokok ini nggak bisa mengubah perilaku (berhenti merokok), hanya tahu aja soal kanker mulut," kata dokter yang akrab disapa Ite ini kepada detikHealth, saat ditemui di sela acara Cegah Kematian Akibat Kanker Rongga Mulut dengan Deteksi Dini Lesi Pra Kanker di kawasan Gondangdia, Kamis (13/12/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Merokok memang jadi satu faktor risiko terbesar dari kanker mulut. dr Ite memaparkan, bahwa semua yang mengetahui soal kanker mulut tahu bahwa rokok menjadi faktor risikonya.

Kanker mulut memang masih terbilang jarang terjadi di Indonesia, prevalensinya menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 lalu tercatat 5,6 persen dari total kasus kanker. Akan tetapi, diperkirakan akan meningkat 21,5 persen di tahun 2020 akibat kurangnya deteksi dini dan gejala yang kerap diabaikan.

Gejala yang utama terlihat adalah munculnya lesi pra kanker, dalam bentuk tonjolan atau sariawan. Umumnya sariawan yang menjadi gejala kanker mulut tidak sembuh-sembuh lebih dari 2-4 minggu. dr Ite menyarankan untuk melakukan deteksi dini Periksa Mulut Sendiri (SAMURI) dan segera memeriksakan ke dokter gigi atau spesialis penyakit mulut apabila menemukan ada bentuk, warna, ukuran dan tekstur atau kekenyalan di rongga mulut.

(frp/up)

Berita Terkait