Tapi siapa sangka, mukbang ini muncul karena adanya rasa kesepian yang dihadapi oleh masyarakat. Tren yang pertama kali dicetuskan oleh warga Korea Selatan ini menjadi diminati karena seolah-olah mereka memiliki teman saat makan.
Psikolog dari Light House, Anindita Citra, mengatakan, kebanyakan mereka yang melakukan mukbang akan mendapatkan perhatian yang dibutuhkan sehingga akan merasa sedikit terhibur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Citra, sapaannya, melanjutkan, di Korea mukbang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan emosi. Sebab ada video mukbang yang juga berinteraksi dengan penontonnya. Ketika mendapatkan afeksi yang dibutuhkan, maka seseorang akan cenderung melakukannya terus menerus.
"Ada orang yang butuh diperhatikan, need of affectionnya tinggi. Dengan melakukan itu maka mereka mendapatkan apa yang diharapkan,"
Namun tetap ada himbauan ketika melakukan tren makan besar ini, karena terdapat efek yang timbul baik secara fisik maupun psikologis. Mereka yang sudah kecanduan makan akan mengalami eating disorder dan efek bagi tubuh adalah terjadi penggemukan atau obesitas.
"Kalau bisa lebih bijak dalam menentukan sebenarnya cost and effectnya apa sih. Kalau dengan satu sumber saja bisa menyebabkan dampak negatif lebih besar, mungkin perlu opsi lain untuk mengubah emosinya. Jadi nggak saat kesepian harus dengan mukbang," pungkasnya.
Tonton juga video 'Doyan Mukbang Lebih dari 10 Ribu Kalori, YouTuber Ini Tetap Kurus':
(fds/up)











































