Pada awalnya, Tryston Zohfeld terbangun dari tidurnya kemudian muntah hebat pada suatu pagi di bulan lalu. Ia juga mengalami penurunan berat badan drastis yang tidak jelas penyebabnya, demam, dan mudah kelelahan.
Remaja tersebut kemudian dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengira kondisinya mirip dengan pneumonia, namun setelah melakukan CT scan ternyata negatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh tim medis mencurigai bahwa vape yang diakui Tryston telah dikonsumsinya sejak di kelas 8 diduga menjadi biang kerok gagalnya paru-paru Tryston.
"Kami tidak tahu pasti. Ada laporan literatur tentang pneumonitis hipersensitivitas akibat vaping," kata dokter yang menangani, dr Suzanne Whitworth dikutip dari DailyMail.
Setelah 10 hari diintubasi, paru-paru Tryston kembali pulih walaupun ia masih harus berjuang keras untuk bernapas dengan baik. Ia kehilangan 13 kilogram berat badan dan otot-otot kakinya melemah, Tryston juga harus belajar berjalan kembali.
"Saya benar-benar diberi kesempatan kedua, dan segera setelah saya bangun dari koma itu, saya tahu apa yang ingin saya lakukan," ungkap Tryston.
Tryston berjanji bahwa tidak akan pernah nge-vape lagi dan akan menyarankan kepada teman-temannya untuk membuang vape mereka.
(wdw/up)











































