Anung Sugihantono, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengingatkan bahwa dalam melihat kasus bunuh diri tidak bisa hanya melihat single factor melainkan multi factors. Terdapat perspective bloom yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan seseorang memilih untuk mengakhiri hidupnya.
"Kami tetap menggunakan perspective bloom. Itu ada faktor genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. Ini kan harus utuh melihatnya," kata Anung saat ditemui detikHealth, Selasa (10/9/2019) di Hotel Sultan, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara terpisah, Pendiri Komunitas Pencegahan Bunuh Diri, Into the Light, Benny Prawira mengatakan bahwa faktor risiko yang memicu seseorang bunuh diri bisa datang dari mana saja, tidak melulu soal kesehatan.
"Bukan hanya kesehatan. Faktor risikonya kan banyak banget tuh kalau depresi dan bunuh diri, yang dimulai dari masalah ekonomi sampai pelecehan seksual. Nah hal-hal seperti ini yang harus ada pencegahan lintas sektornya," kata Benny.
Menurut Anung, Kemenkes sendiri sudah berusaha untuk memberikan penyediaan layanan kesehatan jiwa bahkan di puskesmas sekalipun.
"Pelayanan kesehatan kita sudah berikan. Secara umum kami sudah sediakan karena seperti di puskesmas kemampuan dokter yang 144 itu kan mencakup kemampuan kesehatan jiwa," tandasnya.
(up/up)











































