Walaupun ada juga penumpang wanita yang melakukannya, pelakunya memang lebih banyak laki-laki. Apakah karena faktor anatomis, ada yang mengganjal di tengah sehingga tidak bisa dirapatkan?
"Pada kebanyakan orang duduk ngangkang karena kebiasaan saja. Nggak ada kaitannya dengan alasan ada yang mengganjal," kata ahli ortopedi dan traumalogi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Dr dr Andri Lubis, SpOT(K).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa saja duduk ngangkang dilakukan karena ada masalah pada pinggul, mereka ngehindarin posisi yang bikin sakit," tambahnya.
Pada kebanyakan orang duduk ngangkang karena kebiasaan saja. Nggak ada kaitannya dengan alasan ada yang 'mengganjal'.Dr dr Andri Lubis, SpOT(K) - dokter orthopedi RSCM |
Saat kondisi kereta sedang penuh sesak, kebiasaan penumpang duduk ngangkang bagaimanapun cukup meresahkan. Banyak yang merasa terganggu karena space jadi semakin terbatas, sementara banyak juga yang butuh duduk karena kelelahan.
"Sering banget, ya aku tegur lah, kadang ada yang langsung geser, kadang ada juga yang malah marah balik, kalau nggak gitu gimana kita juga di sini semua pengen dapet tempat duduk Mbak," kata seorang pengguna KRL, Annisa Azzahra.
Ratih Zulhaqqi, MPsi, psikolog dari RaQQi - Human Development & Learning Centre lebih melihatnya sebagai sikap kompetitif. Karena perjalanan dengan KRL umumnya memakan waktu lama, maka orang akan berebut mencari tempat duduk paling nyaman. Seseorang duduk ngangkang sebagai pesan bahwa tempat duduk tersebut telah dikuasainya.
"Ngingetin boleh tapi kita nggak bisa maksa. Kalau kondisi kaya gitu iya udah berarti dia emang nggak mau berbagi dan itu haknya dia, selama dia duduk di kursi yang bukan prioritas, kita nggak bisa paksa," katanya.
Apa pendapat kamu tentang duduk ngangkang di KRL? Tuliskan di komentar ya.
(up/up)











































