Dilansir Medical Daily, Kamis (9/1/2014), penis captivus adalah istilah medis ketika penis terkunci di dalam vagina selama penetrasi. Dalam dunia medis, penis captivus kali pertama tercatat pada tahun 1884. Dalam kasus ini, otot vagina wanita berkontraksi dan menekan penis. Terkadang meskipun ereksi pria sudah hilang, ia tetap tidak bisa 'menariknya' keluar. Sampai saat ini, kondisi ini masih menjadi perdebatan di kalangan medis.
"Ketika penis berada dalam vagina, ia akan menjadi semakin membesar. Sementara itu, otot-otot dasar panggul beberapa wanita akan berkontraksi seirama saat orgasme. Ketika keduanya terjadi, penis bisa saja terjebak. Sampai otot-otot vagina rileks dan ereksi sudah mulai hilang, barulah kemudian mereka bisa terpisah," ungkap Dr John Dean, direktur klinis gender dan obat-obatan seksual untuk Devon Partnership NHS Trust, Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lakukan pemeriksaan medis ke dokter jika memang merasa adanya nyeri dan beberapa kali mengalami kondisi 'terjebak' seperti ini. Sebab selain karena masalah psikis yang bisa diatasi dengan terapi seks dan konseling, beberapa faktor fisik lainnya juga bisa menyebabkan vaginismus. Jika memang disebabkan karena masalah fisik, vaginismus dapat diatasi dengan obat-obatan yang tepat.
"Dibutuhkan sekitar beberapa menit bagi pasangan yang mengalami penis captivus untuk memisahkan diri. Tapi saya pernah mendengar ada pula yang bisa berpisah selama hitungan detik saja, antara 5-10 detik," tuturnya.
(ajg/vit)











































