5 Fakta Viagra, 'Pil Biru' Buatan Pfizer untuk Atasi Disfungsi Ereksi

5 Fakta Viagra, 'Pil Biru' Buatan Pfizer untuk Atasi Disfungsi Ereksi

Ayunda Septiani - detikHealth
Rabu, 11 Nov 2020 22:45 WIB
5 Fakta Viagra, Pil Biru Buatan Pfizer untuk Atasi Disfungsi Ereksi
Ilustrasi obat (Foto: iStock)
Jakarta -

Pfizer Inc, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat ini memberikan 'angin segar' bagi dunia. Pasalnya vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer disebut-sebut mencapai efektivitas 90 persen.

Perusahaan bukanlah pemain baru di dunia farmasi. Pfizer merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia yang sudah mengembangkan dan memproduksi obat-obatan dan vaksin, di antaranya obat untuk imunologi, onkologi, kardiologi, endokrinologi, dan neurologi.

Di Indonesia, Pfizer juga memiliki perwakilan yakni Pfizer Indonesia yang didirikan pada 1969. Mereka menjalankan operasional pabrik dan pemasaran sejak 1971.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini beberapa fakta pil biru buatan Pfizer, dikutip dari berbagai sumber.

1. Awalnya untuk obat nyeri dada

Salah satu obat yang berhasil diciptakannya dan terkenal di seluruh dunia adalah Viagra atau obat kuat tahan lama. Pfizer awalnya menemukan obat tersebut pada tahun 1989 saat mencari pengobatan untuk nyeri dada terkait jantung.

ADVERTISEMENT

Sildenafil, bahan aktif dalam Viagra, pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah kardiovaskular yang dimaksudkan untuk melebarkan pembuluh darah jantung dengan memblokir protein tertentu yang disebut PDE-5. Namun saat uji klinis, banyak relawan melaporkan mereka mengalami peningkatan ereksi yang kemudian menginspirasi Pfizer untuk membuat Viagra.

2. Sudah disetujui FDA AS

Dikutip dari laman Drugs, Viagra atau 'pil biru' telah disetujui oleh Food and Drug Administration AS untuk digunakan sebagai obat disfungsi ereksi pada tahun 1998.

Viagra bekerja sebagai respons terhadap rangsangan seksual untuk meningkatkan aliran darah ke penis yang mengarah ke ereksi. Viagra tidak menghasilkan ereksi tanpa rangsangan seksual.

Setelah disetujui, Viagra memiliki pertumbuhan penjualan tercepat, mencapai US$ 2 miliar di tahun 2008. Bagi banyak pria, stigma dan rasa malu berbicara dengan dokter mereka tentang disfungsi ereksi telah berkurang sejak Viagra diperkenalkan.

3. Bukan obat perangsang!

Seringkali, viagra atau sildenafil dianggap sebagai obat perangsang. Walaupun sama-sama berhubungan dengan ereksi, obat ini sama sekali bukan pembangkit libido. Mengonsumsi obat ini juga tidak serta merta memicu ereksi, tetap butuh rangsang seksual agar Mr P mau berdiri. Pil biru hanya membuat aliran darah jadi lebih lancar, sehingga ereksi lebih optimal.

4. Tidak untuk semua orang

Tidak semua pria dengan masalah ereksi harus untuk minum pil biru. Pria yang sedang mengonsumsi obat tertentu justru dilarang minum viagra karena bisa memicu sistem peredaran darah dan gangguan jantung.

5. Multifungsi

Pil biru ini bukan cuma untuk obat kuat. Sesuai tujuan awal obat ini diciptakan, pil biru juga masih dipakai untuk mengatasi masalah peredaran darah dan jantung. Tentunya atas pemeriksaan dan petunjuk oleh dokter ahli. Beberapa kondisi yang diterapi dengan pil biru ini antara lain pulmonary arterial hypertension atau hipertensi paru.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Bantahan Kemenkes soal Narasi Mpox Efek Samping Vaksin Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Berita Terkait