Di berbagai negara, boneka seks mudah ditemukan untuk melampiaskan hasrat seksual. Di Indonesia, benda ini masih tabu untuk dibicarakan atau dimiliki.
Dikutip dari The Sun, Selasa (26/10/2021), boneka seks pertama kali dipromosikan pada abad ke-17. Boneka itu dijahit oleh pelaut Belanda untuk melampiaskan hasrat seksual selama bekerja di laut dalam waktu yang cukup lama.
Boneka seks pertama itu tercatat dalam buku seorang psikiater Iwan Bloch berjudul The Sexual Life of Our Time. Pada akhir tahun 60-an, penjualan boneka itu mulai diiklankan dalam majalah. Pembeli bisa memilih warna dan gaya rambut yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama Perang Dunia 2, Adolf Hitler dikabarkan memerintahkan pasukannya agar menyiapkan boneka seks untuk dibawa pasukan Jerman yang berperang di garis depan. Proyek Borghild ini bertujuan untuk mengatasi penyebaran penyakit sifilis di antara pasukan Nazi.
Proyek ini terinspirasi dari memo Heinrich Himmler tahun 1940 yang menyebut ada penyakit sifilis di tempat prostitusi di Paris, Perancis. Para pengrajin kemudian mulai membuat boneka seks di bawah pengawasan Franz Tschackert di German Hygiene Museum.
Namun pada awal 2000-an, isu Hitler mendukung pembuatan boneka seks dianggap tidak benar. Sebab, tidak ada bukti yang membuktikan teori tersebut.
Mengapa orang menggunakan boneka seks?
Dikutip dari Psychology Today, pemilik perusahaan manekin, Matt McMullen, mengatakan kepada majalah Vice bahwa orang membeli manekin karena merasa kesepian atau korban patah hati.
Ia menyebut sejumlah klien bahkan meminta manekin tersebut dirancang untuk kegunaan seksual. Permintaan klien itu mendorong Matt untuk menciptakan boneka seks dengan teknologi AI (artificial intelligence).
"Saya pikir jika [AI] berkembang menjadi sangat baik, orang tidak lagi harus terlibat dalam perdagangan manusia, itu bisa menjadi hal positif," kata Matt.
Kontroversial
Di sisi lain, sejumlah orang berkampanye karena keberadaan boneka seks. Mereka mengklaim hal itu hanya menjadikan perempuan sebagai objek seksual dan mempromosikan kekerasan seksual terhadap perempuan. Hal itu diungkapkan oleh pencetus kampanye, Kathleen Richardson, dari De Montfort University di Inggris.
Apakah boneka seks aman digunakan?
Tidak banyak penelitian yang membahas tentang penggunaan boneka seks, sehingga belum diketahui pasti dampak terhadap kesehatan. Dikutip dari Healthcare Business Today, Selasa (26/10/2021), industri boneka seks berfokus pada empat manfaat utama, seperti:
- Promosi seks yang aman serta membantu mengurangi jumlah perdagangan seks, pekerja seks, dan wisata seks
- Sebagai terapi berbagai jenis pelaku kejahatan seksual
- Meningkatkan pengetahuan dan keahlian pengguna, serta memberikan terapi untuk masalah seksual, seperti disfungsi ereksi
- Menurunkan tingkat pemerkosaan dan segala bentuk seks non-konsensual
Keamanan dalam kesehatan tergantung pada bahan yang digunakan. Sejumlah boneka seks memang dibuat dengan memperhatikan keamanan pengguna. Namun, sebagian produsen belum tentu melakukan hal itu. Untuk itu, disarankan mencari tahu ulasan pelanggan sebelum membeli boneka seks.
Menyebabkan orang kurang bersosialisasi
Di sisi lain, memiliki boneka seks dikhawatirkan akan menurunkan tingkat sosialisasi pemiliknya. Orang kemungkinan menjadi malas untuk bersosialisasi.
Selain itu, ditakutkan pria memiliki pemikiran bahwa perempuan harus siap berhubungan seks setiap saat, serta mempromosikan kecantikan yang tidak wajar.
Simak Video "Video: Saran Dokter Setelah Berhubungan Suami Istri di Bulan Ramadan"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)











































