Anak yang Sulit Bersosialisasi Rentan Jadi Korban Foto Cabul di Internet

Ancaman Paedofil Online

Anak yang Sulit Bersosialisasi Rentan Jadi Korban Foto Cabul di Internet

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 22 Jan 2014 18:01 WIB
Anak yang Sulit Bersosialisasi Rentan Jadi Korban Foto Cabul di Internet
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Wellington - Perhatikan anak Anda baik-baik, apakah dia termasuk anak yang sulit bersosialisasi? Jika iya, maka jadilah orang tua yang bisa jadi teman baik bagi anak Anda. Sebab jika tidak, anak-anak yang sulit bersosialisasi akan menaruh kepercayaan pada orang lain yang hanya dikenalnya melalui internet. Nah, jika sudah begini, mereka cenderung bersedia mengirimkan foto cabulnya via internet.

Adalah psikolog pendidikan Fiona Ayers yang menyebut anak-anak dengan kesulitan bersosialisasi akan lebih reseptif terhadap orang asing dan lebih cenderung setuju untuk memasok fotonya yang bersifat agak cabul. "Pelaku mampu membujuk anak untuk melakukan hal-hal ini karena anak-anak tersebut berpikir itu bagian dari persahabatan," kata Fiona seperti dikutip dari stuff.co.nz, Rabu (22/1/2014).

Sementara itu pengawas keamanan internet mengatakan adanya tren baru dalam metode yang digunakan untuk 'memeras' anak-anak yang masih berusia delapan tahun agar mengirim gambar diri yang bersifat cabul. Para pelaku biasanya menyamar sebagai anak-anak ketika mereka sedang online. Hal ini dimaksudkan agar para korban tidak malu saat harus mengirim foto cabulnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Eksekutif Netsafe, Martin Cocker, menyebut anak-anak yang terjebak dalam situasi semacam itu jadi sangat sulit untuk lepas dari perangkap. Apalagi anak-anak terlalu takut untuk memberi tahu orang lain yang bisa membantu mereka keluar dari masalah itu. Alhasil kasus pengungkapan predator online pun terkadang sulit dilakukan.

"Kami melihat pola di mana anak-anak mengirimkan fotonya kepada seseorang melalui internet. Lalu orang dewasa tersebut terus meminta gambar-gambar diri anak yang bermuatan cabul hingga anak-anak itu tidak tahan dan mengatakan 'tidak'. Saat itu terjadi, pelaku mengatakan 'Saya akan mengirim foto-fotomu ke teman-temanmu dan ke orang-orang yang tidak kamu kenal kalau saya nggak dapat yang saya mau'," papar Cocker.

Detektif Senior Sersan John Michael yang memimpin unit Online Child Exploitation Across New Zealand (Oceanz) mengatakan polisi saat ini berurusan dengan kasus yang sama setiap pekannya. Kebanyakan kasus melibatkan pelaku dari luar negeri.

Michael menuturkan secara teknis seorang anak harus berusia 13 tahun untuk bisa memiliki akun di Facebook. Akan tetapi kenyataannya banyak anak yang kurang dari 13 tahun yang memiliki akun Facebook. Menurutnya, polisi New Zealand pernah menangani kasus anak usia 8 tahun yang menjadi korban predator online.

Michael menjelaskan para pelaku bisa membuat profil palsu agar bisa berteman dengan anak-anak. Setelah pelaku mendapat kepercayaan calon korban, selanjutnya pelaku meminta anak-anak itu mengirimkan fotonya yang sedikit berbau seksual. Foto itulah yang dijadikan alat untuk 'memeras' anak-anak yang menjadi korbannya.

Sayangnya, keluarga korban seringkali tidak tahu adanya 'pemerasan' sampai polisi muncul dan melakukan investigasi. Saat ini Oceanz tengah menyelidiki seorang warga Selandia Baru yang dianggap terlibat dalam eksploitasi secara online terhadap anak-anak di luar negeri.

Untuk diketahui, tahun lalu pria asal Wellington, Graham MacDonald Young yang berusia 60 tahun, dipenjara lantaran membuat dan menyimpan materi tentang pornografi anak. Mulanya dia membuat akun palsu yang menggunakan foto-foto mantan aktor Shortland Street, Adam Rickitt, untuk membujuk seorang gadis 13 tahun di New York agar bersedia mengirim foto dirinya.

Detektif senior Sersan Neil Holden dari distrik perlindungan anak Wellington mengatakan kasus ini bisa jadi peringatan bagi orang tua agar memahami bagaimana teknologi komunikasi bekerja. Dia mewanti-wanti pentingnya orang tua tahu di mana anak-anak mereka, termasuk keberadaan anak-anaknya secara online. Mengajarkan kepada anak agar tak mudah menjalin persahabatan di dunia maya juga bisa membantu anak-anak agar lebih waspada.

Berikut ini tanda anak-anak kemungkinan memiliki masalah terkait dunia online menurut psikolog Fiona Ayers:

1. Anak-anak selalu menggunakan komputer untuk online pada waktu yang sama setiap hari.
2. Menggunakan komputer secara sembunyi-sembunyi dan atau meninggalkan ruangan dengan membawa perangkat yang mampu terhubung dengan internet.
3. Mereka tampak tertekan.
4. Terjadi perubahan perilaku.

Agar internet aman bagi anak-anak, perhatikan hal ini:

1. Anak harus tahu bahwa mereka tidak boleh memberikan informasi pribadi secara online, mengirim gambar atau video tentang diri mereka secara online .
2. Pastikan anak tahu bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk bertemu secara pribadi dengan siapa pun yang dikenal secara online.
3. Setting aturan terkait penggunaan chat room di internet dan situs jaringan sosial.
4. Blok situs yang menurut Anda berbahaya bagi anak.

(vit/up)
Ancaman pedofil online
17 Konten
Kemajuan pada internet tidak hanya menghasilnkan dampak positif, namun juga nampak negatif. Salah satu yang cukup mengganggu adalah tindakan pedofil di dunia may

Berita Terkait