Sex toys banyak jenisnya dan beraneka pula bahan pembuatnya. Mengenali bahan pembuat sex toys perlu dilakukan agar si pemakai terhindar dari risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan.
Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, seksolog dari Universitas Udayana Bali menyebut sex toys ada yang terbuat dari karet sehingga kenyal saat dipegang, ada pula yang lebih keras karena terbuat dari plastik atau silikon padat. Terkait kabar adanya bahan pembuat sex toys yang dapat melepaskan bahan kimia bernama phthalates, di mana mampu mengurangi jumlah sperma, menurut dr Wimpie perlu ada penelitian terlebih dahulu untuk menyebut sesuatu aman atau tidak secara luas.
"Harus ada penelitiannya dan diteliti karena tidak bisa langsung dikatakan aman," ucapnya dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (3/12/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun memang sebelumnya Shari Brasner, ahli kandungan di Mount Sinai Hospital, New York City menyebut sex toys berbahan karet bisa berbahaya karena mengandung zat phtalates yang dapat memicu alergi bahkan kanker. Ahli kandungan Robert Goldfarb dari West Bloomfield Hospital, Michigan menambahkan permukaan sex toys yang berlekuk dapat membuat bakteri berkembang, bahkan setelah alat tersebut dicuci. "Hal ini membuat Anda berisiko terkena infeksi, setiap kali menggunakannya," katanya.
Menurut dr Andri, bahan apapun yang digunakan pada sex toys hendaknya tidak menimbulkan iritasi pada organ genital. Banyak sex toys, ujar dr Andri, menggunakan bahan silikon. Bahan ini dipilih karena mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan alergi. Yang paling aman tentunya belilah sex toys hanya dari perusahaan yang menggunakan silikon yang telah sesuai ketentuan, misalnya ketentuan dari Food and Drug Administration (FDA).
Terkait lateks sebagai bahan pembuat sex toys, hati-hati dalam menggunakannya karena beberapa orang mengalami alergi lateks. Mengingat digunakan di area organ genital, alergi lateks pada laki-laki bisa ditandai dengan munculnya gejala seperti dermatitis kontak di area kelamin, misalnya kemaluan menjadi merah, gatal dan bengkak. Sedangkan pada wanita karena sifat vagina yang berbeda (kulit mukosa) maka gejalanya adalah keputihan dan sering disertai gatal.
(vit/ajg)











































