Sebanyak 50 persen perempuan di dunia diperkirakan memiliki miom dan 20 persen di antaranya membutuhkan tindakan medis. Pasalnya ada sebagian pengidap miom yang tidak menunjukkan gejala dan ada juga yang bergejala.
Hanya mereka yang bergejala lah yang membutuhkan penanganan medis dan bantuan dari dokter. Lalu bagaimana cara mengetahui gejala dari miom?
Miom merupakan benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di rahim. Beda halnya dengan kista yang merupakan kantung berisi cairan yang tumbuh dan berkembang di ovarium atau indung telur. Ahli Fertilitas dan Endokrinologi Fertilitas dari Siloam Hospitals Lippo Village, dr. F.C. Christofani Ekapatria, SpOG-KFER menganalogikan kista seperti balon berisi cairan, sedangkan tumor seperti bakso urat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kista itu bentuknya seperti balon, isinya cairan. Kalau miom itu tumornya padat. Bisa dianalogikan kaya bakso urat. Yang satu balon, yang satu bakso urat. Ada konsistensi sel, massanya berbeda," ujarnya saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu di Siloam Hospitals Lippo Village.
dr. Christofani menjelaskan ada empat hal gejala yang menjadi ciri dari perempuan pengidap miom. Pertama, darah haid dengan jumlah banyak. Haid terasa sakit. Ketiga, infertilitas atau sulit untuk hamil. Keempat, jika tumor sudah besar akan mengganggu saluran pencernaan, seperti sulit buang air besar (BAB) dan kencing yang berulang.
"Salah satu penyebab infertilitas adalah miom, terutama yang posisinya di dalam rongga rahim yah. Kalau di luar (rahim), nggak mengganggu bayi tumbuh itu masih bisa hamil. Kalau di dalam, terutama itu nggak bisa. Ada risiko pascapersalinan, ada pendarahan yang mengganggu rahim berkontraksi," ujarnya.
Lebih lanjut dr. Christofani menjelaskan sulit untuk mencegah tumbuhnya miom maupun kista pada perempuan karena adanya peran faktor keturunan atau genetik. Lalu produksi hormon estrogen dan progesteron berlebih dalam ovarium juga dapat memicu tumbuhnya miom.
Selain itu, ada beberapa jenis miom dan kista yang angka referensinya tinggi bisa tumbuh kembali usai mendapat pengobatan atau dioperasi.
"Kalau misalnya dapat miom besar cuma satu, itu jarang tumbuh lagi. Tapi kadang kalau kita dapat miomnya banyak, 5 sampai 6 titik punya potensi untuk tumbuh lagi ke depannya. Atau kista jenis endometriosis atau kista coklat, angka kambuhnya dalam 2-5 tahun 30 persen kambuh lagi," jelasnya.
Cintai Diri Sendiri dengan Deteksi Dini
dr. Christofani mengungkapkan yang bisa dilakukan perempuan terkait miom maupun kista ialah dengan melakukan deteksi dini. Menurutnya, perempuan perlu berkonsultasi dengan dokter minimal sekali dalam 1 hingga 2 tahun. Ini dilakukan sebagai bagian untuk mencintai dirinya sendiri.
"Saya sering dapat pasien kalau ditanya kapan terakhir konsultasi (dengan dokter)? Jawabnya kapan yah, lupa. Saya selalu mengedukasi wanita pasien saya untuk mencintai dirinya sendiri dulu. Dengan cara bagaimana? Setiap ulang tahun datanglah periksa," ujar dr. Christofani.
"Pap Smear USG bisa 1-2 tahun sekali, tapi (dilakukan) setiap ulang tahun. Kan orang tidak akan lupa dengan ulang tahunnya sendiri. Bisa USG Abdomen, bisa juga USG Transvaginal," imbuhnya.
Sebab menurut dr. Christofani, kadang ada jenis kista ovarium yang tidak bergejala sama sekali. Berdasarkan pengalamannya, dr. Christofani pernah mengangkat kista 40 cm dari pasien yang tidak bergejala sama sekali. Adapun teknik yang digunakan untuk mengangkat kista dan miom menggunakan laparoskopi.
Sementara tahapannya, calon pasien perlu berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum kemudian di-USG. Jika dari hasil USG didapatkan kecurigaan miom atau kista, maka akan dilanjutkan lagi dengan kebutuhan akan pemeriksaan tambahan.
"Kita lihat, perlu nggak pemeriksaan tambahan. MRI atau CT Scan kalau massa (miom atau tumor)-nya besar. Dari situ didiagnosis, disiapkan rencana. Kalau pasien setuju bisa dijadwalkan 3-7 hari untuk operasi. Biasanya hari ini operasi, besok lusa pulang dan setelah 1 minggu kontrol," jelasnya.
Keunggulan Laparoskopi
Laparoskopi adalah teknik melihat ke dalam perut tanpa melakukan pembedahan besar, walaupun awalnya adalah prosedur ginekologi. Teknik ini merupakan bagian dari minimally invasive surgery (MIS) atau teknik bedah invasif minimal yang lebih efektif dibanding teknik konvensional. Pasalnya mengangkat tumor tersebut tidak melalui sayatan yang besar, tetapi cukup dari lubang yang kecil.
"Jika kita bicara keunggulan laparoskopi dibandingkan operasi yang konvensional atau yang disayat besar, satu, nyerinya jauh lebih minimal. Kedua, pemulihan lebih cepat. Ketiga, kemungkinan komplikasi lebih kecil. Keempat, pada kasus-kasus endometriosis, kita bisa melihat sampai ke dalam," ujar dr. Christofani.
"Kalau endometriosis kan itu lengket dan ada usus yang menempel di situ. Ada kamera yang masuk ke situ, kita bisa lihat ke daerah penyakitnya dan risiko cedera radang usus bisa kita kurangi. Dan keunggulan kelima, kosmetik. Karena dengan luka setengah sentimeter itu seperti nggak kelihatan habis operasi," imbuhnya.
Menurut dr. Christofani prinsip laparoskopi ialah mengangkat tumor dari dalam tubuh melalui lubang kecil. Tumor tersebut dicacah menjadi bagian-bagian kecil untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh.
"Kadang saya menemukan tumor besarnya 5-10 sentimeter, gimana caranya keluar dari lubang yang kecil? Kita ada alat khusus untuk mencacah tumor. Jadi keluarnya dalam bentuk gulungan kecil-kecil. Nah itu tetap tidak perlu kita belah besar," ungkapnya.
"Atau misalnya posisi miom ada di dalam rongga rahim, kita operasinya dari bawah, lewat vagina pakai alat yang kecil, kita cacah kecil-kecil. Jadi nggak ada sayatan sama sekali," imbuhnya.
Siloam Hospitals Lippo Village disebutnya sudah memiliki alat dengan teknologi terbaru yang lengkap dan dokter yang berkompetensi untuk melakukan laparoskopi. Siloam Hospitals juga melayani berbagai konsultasi lengkap terkait masalah yang mengganggu kehamilan.
"Pernah mengeluarkan tumor 15 cm, 10 cm, bahkan kemarin ada kista 40 cm, lukanya hanya 2 cm, hanya 1 lubang saja. Itu besar sekali. Kalau dulu (perlu) sayatan di perutnya dari bawah sampai atas itu, kalau sekarang lukanya hanya 2 cm dan di pusar, kaya nggak kelihatan dioperasi. Pemulihan juga cepat, hari ini operasi, besok bisa pulang," pungkas dr Christofani.
Selengkapnya tentang laparoskopi dan pelayanan lainnya di Siloam Hospitals bisa cek di sini.
(adv/adv)










































