Laktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang dibangun dari unsur kimia yang sama, namun memiliki rumus kimia berbeda. Kedua jenis gula ini umum terdapat pada makanan. Banyak orangtua kerap bingung menentukan jenis gula mana yang bagus untuk pertumbuhan si kecil.
Lalu, jenis gula apa sih yang lebih baik untuk dikonsumsi oleh balita? Dengan mengetahuinya, Anda juga akan mengetahui jenis makanan apa yang baik untuk mereka. Simak penjelasan berikut.
Laktosa
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laktosa merupakan gula (karbohidrat) yang biasa ditemukan di dalam ASI (air susu ibu), susu sapi murni, atau produk susu formula.
Dilansir dari US National Library Medicine National Institutes of Health, manfaat yang ditemukan oleh para ahli dengan mengonsumsi laktosa adalah pembentukan mikrobiota usus, tidak memberikan efek neurologis yang saat ditelan, mendukung fungsi kekebalan tubuh, hingga memfasilitasi penyerapan mineral.
Laktosa memiliki efek immunomodulator yang bermanfaat untuk bayi. Setelah melahirkan, bayi tidak memiliki sistem kekebalan adaptif yang berfungsi penuh dan bergantung pada sistem kekebalan bawaan dengan peptida antimikroba serta protein. Penelitian in vitro menunjukkan laktosa menjadi bagian dari sistem pertahanan awal ini.
Selain itu laktosa juga dikenal dapat meningkatkan penyerapan dan retensi kalsium, magnesium, dan mangan. Laktosa bermanfaat untuk meningkatkan kelarutan kalsium yang terdapat pada susu sehingga penyerapan pasifnya meningkat. Kalsium yang terdapat pada susu formula pun bisa diserap oleh bayi dengan maksimal.
Jarang sekali ditemukan gangguan pencernaan pada bayi yang mengonsumsi laktosa. Sebagian besar bayi dan balita bisa mencerna laktosa dengan baik dan kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan laktosa tanpa adanya faktor kerusakan usus, seperti infeksi atau alergi sangatlah rendah.
Sukrosa
Sementara itu, sukrosa merupakan gula tambahan atau yang lebih dikenal dengan gula pasir. Ciri-ciri dari sukrosa adalah rasanya yang lebih manis. Biasanya, sukrosa terdapat pada makanan manis seperti cokelat, permen, dan sebagainya.
Menurut sumber lainnya, American Heart Association (AHA) menjelaskan batas konsumsi gula pada anak anak usia 2 sampai 18 tahun direkomendasikan mengonsumsi gula dengan takaran kurang dari 25 gram (5 sendok teh) per hari. Sementara anak berusia di bawah 2 tahun seharusnya tidak mengonsumsi gula sama sekali.
US National Library Medicine National Institutes of Health menyebut anak-anak yang mengonsumsi sukrosa di bawah 10% (sesuai standar WHO) bisa menyerap lebih banyak protein dan memiliki kualitas lemak makanan yang lebih baik daripada anak-anak dengan asupan sukrosa tinggi.
Mereka juga cenderung menerima lebih banyak vitamin E, niasin, kalsium, zat besi, seng, dan serat makanan daripada anak-anak yang mengonsumsi sukrosa berlebihan. Asupan sukrosa berlebihan memang tidak berhubungan langsung dengan obesitas, namun berhubungan dengan tinggi badan, berat badan, dan BMI (Body Mass Index) anak-anak berbeda.
Oleh karena itu pada anak usia 13 bulan sampai 9 tahun, asupan sukrosa rendah jangka panjang dikaitkan dengan asupan nutrisi dan pertumbuhan yang lebih baik.
Itulah penjelasan tentang laktosa dan sukrosa pada anak. Jadi, berikan anak laktosa yang cukup dan jangan biarkan mereka mengonsumsi sukrosa untuk menghindari dampak-dampak buruk yang mungkin terjadi.
Foto: Dok. Lactogrow |
Anda bisa mendukung tumbuh kembang si kecil dengan memberinya LACTOGROW formula baru yang kini hadir dengan 0 gram sukrosa dan serat pangan untuk mendukung anak grow happy dari dalam. Temukan artikel menarik lainnya tentang sukrosa dan laktosa serta efek pada tumbuh kembang anak di Growhappy.co.id/happyupdates.
(adv/adv)











































