Saluran pencernaan merupakan salah satu organ manusia yang tidak lepas dari masalah kesehatan. Sama halnya dengan masalah kesehatan lain, hal ini perlu diwaspadai dan ditangani dengan serius agar tidak menjadi masalah berkepanjangan di kemudian hari.
Dari beberapa masalah yang ditemukan, gejala yang kerap ditemui pada saluran pencernaan yakni keluarnya darah ketika membersihkan dubur. Meskipun gejala ini umumnya ditemui sebagai gejala wasir, namun tidak menutup kemungkinan adanya masalah lain seperti kanker usus besar.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2020, kanker usus besar merupakan salah satu kanker ke-4 terbanyak yang ditemui di Indonesia setelah kanker payudara, serviks, dan kanker paru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kanker usus besar umumnya tidak bergejala pada stadium awal sehingga seringkali pasien datang sudah pada stadium lanjut. Itulah sebabnya deteksi dini kanker usus besar sangat penting terutama jika Anda memiliki faktor risiko," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Prof. Dr. Abdul Aziz Rani, Sp.PD-KGEH.
Kanker usus besar dan wasir merupakan dua penyakit yang dapat dibedakan. Adapun perbedaan gejala antara kanker usus besar dengan wasir di antaranya:
- Walaupun sama-sama terjadi pendarahan dari dubur, kanker usus besar umumnya jarang ditemukan rasa nyeri di daerah anus, kotoran disertai lendir dan noda darah. Sedangkan wasir dapat disertai pembengkakan, nyeri atau rasa tidak nyaman, serta rasa gatal atau iritasi di daerah anus.
- Kanker usus besar mempunyai polip atau massa di dalam anus yang dapat ditemukan saat pemeriksaan oleh dokter. Sedangkan wasir yang berupa tonjolan masih dapat diraba di dalam anus.
- Kanker usus besar tidak mempunyai benjolan yang menonjol keluar. Sedangkan wasir menonjol melalui rektum dapat secara spontan kembali masuk ke posisi semula di dalam rektum.
- Penderita kanker usus besar sering buang air besar namun terasa tidak tuntas. Sedangkan penderita wasir kerap mempunyai intensitas buang air besar yang sering dan mengejan saat buang air besar.
Deteksi Dini Kanker Usus (Kanker Kolorektal)
Walau begitu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterology dan Hepatology Mayapada Hospital Tangerang dr. Hendra Nurjadin, Sp. PD, KGEH mengatakan kanker usus besar dapat diwaspadai dengan melakukan deteksi dini. Deteksi dini ini dapat dimulai oleh individu yang berusia 50 tahun ke atas jika tidak memiliki riwayat kanker usus besar dan 40 tahun jika tidak ada yang memiliki riwayat kanker usus besar.
Adapun yang memiliki faktor risiko kanker usus besar, yakni individu yang memiliki riwayat obesitas, diabetes, memiliki gaya hidup tidak sehat, serta individu yang memiliki orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat dengan riwayat kanker usus besar (faktor genetik), pernah terdiagnosa polip pada usus besar, pernah menjalani terapi radiasi pada area perut atau pelvis.
Lebih lanjut, deteksi dini dapat dilakukan menggunakan prosedur yang disebut Endoskopi Kapsul (Capsule Endoscopy).
"Saat ini ada yang disebut Endoskopi Kapsul (Capsule Endoscopy) yaitu prosedur untuk mengambil gambar saluran pencernaan dengan cara menelan kamera nirkabel kecil yang berada di dalam kapsul seukuran vitamin yang biasa diminum," ujarnya.
"Saat kapsul berjalan melalui saluran pencernaan, kamera mengambil ribuan gambar yang ditransmisikan ke perekam yang dikenakan di ikat pinggang. Endoskopi kapsul membantu dokter melihat bagian dalam saluran pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus sampai usus besar, termasuk area yang tidak mudah dijangkau dengan prosedur endoskopi konvensional," sambungnya.
Prosedur yang juga disebut dengan kolonoskopi ini merupakan pemeriksaan usus besar dengan alat endoskopi yang berbentuk seperti selang dengan kamera di ujungnya yang dimasukan ke dalam usus besar melalui lubang dubur. Pemeriksaan ini paling sensitif untuk mendeteksi adanya kelainan, seperti polip atau benjolan kecil pada usus besar.
"Pemeriksaan kolonoskopi adalah gold standard untuk pemeriksaan skrining kanker usus besar karena kemampuannya untuk melihat seluruh usus besar dan mendeteksi serta menghilangkan polip selama prosedur yang sama berlangsung. Ini adalah tes yang paling cocok untuk individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga atau kerabat dekat yang sudah menderita kanker usus besar," ucap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Kuningan, dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH.
Kanker Kolorektal Masih Sering Diabaikan
Sementara itu, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif Mayapada Hospital Bogor. dr. Sjaiful Bachri, SpB-KBD mengatakan kanker usus besar atau kanker kolorektal masih kerap diabaikan oleh penderitanya. Hal ini terjadi karena individu yang mengidap kanker ini menganggap dirinya terkena wasir.
"Inilah sebabnya apabila alami pendarahan dubur harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebabnya. Bila polip ditemukan, polip dapat diangkat dari usus besar, sehingga mencegah perkembangan menjadi kanker. Dan jika kanker kolorektal didiagnosis lebih awal, seringkali dapat diobati," tuturnya.
"Jika kanker kolorektal telah didiagnosis sejak dini alih-alih wasir, maka kanker usus besar dapat diobati dengan operasi kolorektal baik secara operasi terbuka (laparotomi) maupun bedah minimal invasif laparoskopi disesuaikan dengan lokasi dan stadium kanker usus besar," kata Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif Mayapada Hospital Tangerang, dr. Taufik Budi Satrio, Sp.B (K)BD.
Penentuan jenis tindakan pengobatan tentunya disesuaikan dengan stadium kanker, apakah sudah ada penyebaran, dan melihat kondisi pasien secara keseluruhan.
"Jika masih dalam stadium awal, tindakan kuratif (pengobatan) masih dapat dilakukan, baik dengan pembedahan usus untuk membuang kanker, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi terapi tersebut. Dengan deteksi dini dan penemuan kanker usus besar dalam kondisi stadium awal, akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan untuk sembuh," ujar Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Aditomo Widarso, Sp.B-KBD.
Berkaitan dengan kebutuhan pemeriksaan saluran pencernaan, Gastrohepatologi Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif bagi pasien dewasa dan anak-anak untuk penyakit gangguan pencernaan.
Layanan tersebut meliputi deteksi dini, diagnosis, dan tindakan pembedahan dengan didukung dengan peralatan terkini, fasilitas penunjang yang lengkap serta tim dokter subspesialis yang ahli dan kompeten di bidangnya yakni Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, serta Dokter Spesialis Bedah Anak.
Untuk berkonsultasi lebih lanjut, bisa melalui instagram pada link berikut ini.
(adv/adv)










































