Kisah Para 'Kartini Indonesia' Berdamai dengan Kanker Payudara

Kisah Para 'Kartini Indonesia' Berdamai dengan Kanker Payudara

Advertorial - detikHealth
Minggu, 22 Okt 2023 00:00 WIB
Kisah Para Kartini Indonesia Berdamai dengan Kanker Payudara
Jakarta -

Oktober dirayakan sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia atau Breast Cancer Awareness Month setiap tahunnya. Selama satu bulan, momentum tersebut dijadikan ajang untuk meningkatkan awarenessmasyarakat terkait penyakit ini.

Kanker payudara menempati urutan pertama jumlah kanker terbanyak di Indonesia. Bahkan menjadi penyumbang kematian tertinggi pada wanita. Data Globocan 2020 menunjukkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Di sisi lain, jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22 ribu kasus.

Kendati demikian, penyakit kanker payudara bukanlah akhir dari segalanya. Sebab pejuang kanker masih memiliki peluang untuk bertahan hidup, asalkan segera dideteksi dan ditangani sejak dini. Karenanya, penting untuk melakukan deteksi dini guna mencegah risiko kanker payudara berkembang dan menjadi tak terobati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini seperti yang diakui oleh Lily (48) sebagai salah satu pejuang kanker payudara.

"SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) dulu. Kadang kan kita cuek ya. Ah, kita usia masih muda, nggak bakal kena. Siapa bilang?" ungkap Lily dalam keterangan tertulis, Selasa (17/10/2023).

ADVERTISEMENT

Setelahnya, dilanjutkan dengan pemeriksaan payudara klinis atau SADANIS. Sebab menurut Lily mencegah lebih baik daripada mengobati.

Diketahui, Lily sudah 10 tahun berjuang memerangi kanker payudara sejak 2013. Kala itu ia sedang melakukan medical check up ketika dokter menemukan benjolan padat pada payudaranya, yang ternyata adalah tumor ganas.

Perlu waktu baginya hingga bisa berdamai dengan kanker payudara. Ia kerap merasa terpukul, sedih dan ketakutan. Namun dia percaya Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya. Hal itu yang kemudian memunculkan kembali semangat untuk sembuh dan pulih.

"Saya mempercayakan Siloam MRCCC (Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center) karena (merupakan) pelayanan one stop service untuk cancer. Dokter di sana, semua di sana. (Jadi) berasa second home," terangnya.

Di sisi lain, dia juga menekankan pentingnya dukungan dari orang sekitar, khususnya selama menjalani pengobatan. Selain keluarga dan teman terdekat, Lily banyak mendapat 'asupan semangat' dari rekan sesama survivor kanker payudara.

"Tapi dengan komunitas mereka mengalami hal yang sama. Dengan kisah perjuangan yang inspiratif, membuat fighting spirit kita itu ada," terangnya.

Tak jauh berbeda, Hastuti (59) sempat sedih ketika divonis terkena kanker payudara. Namun dirinya belajar untuk ikhlas dan percaya pada jalan hidup yang Tuhan tuliskan.

Hastuti pun mengungkapkan manfaat bergabung dengan komunitas bagi para pejuang kanker payudara.

"Saya pikir di titik terendah, saya nggak akan ketemu orang-orang. Tapi malah suami saya pergi duluan. Baliknya saya yakin, ada sesuatu rencana Allah yang kita nggak tahu. Apalagi dengan komunitas di Siloam ya, banyak pelajaran, banyak pengalaman (yang didapat)," tuturnya.

Diketahui, saat ini Hastuti aktif berpartisipasi dalam kegiatan Jumat Berkah. Dia rutin membagikan makanan kepada warga yang kurang mampu serta pengemudi ojek online.

Lebih lanjut, Hastuti berpesan kepada survivor kanker payudara agar tidak takut dan putus asa. Dia pun mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan sedini mungkin sebelum semuanya terlambat, dan kanker menjadi sulit disembuhkan.

"Setelah saya dirujuk ke Rumah Sakit Siloam, saya lihat pelayanannya bagus. Kalau di sini, saya cukup 1 rumah sakit saja, semua sudah bisa. Sudah keputusan benar pilih (Siloam MRCCC) sampai sekarang," katanya.

Di sisi lain, Dr. dr. Samuel. J. Haryono, Sp.B(K) Onk. selaku Dokter Spesialis Bedah Siloam Hospitals MRCCC mengajak masyarakat bermawas diri, serta sama-sama dalam memerangi penyakit kanker payudara.

"Yuk sama-sama kita mawas diri untuk fight against breast cancer," katanya.

Lebih lanjut dr. Samuel mengaku prihatin dengan tingginya angka kematian dan jumlah kasus kanker payudara di RI. Karena itu, dia menekankan pentingnya untuk menggalakkan deteksi dini lewat SADARI dan diikuti dengan SADANIS.

Di samping itu, dr. Samuel juga mendorong masyarakat melakukan tes skrining untuk melihat apakah ada mutasi gen penyebab kanker yang dapat diturunkan dari keluarga atau terbentuk dengan sendirinya.

"Untuk populasi harus gerak bersama, itu ada PRS, yaitu polygenic risk score. Jadi nanti diambil sampelnya dengan swab atau pengambilan darah. Nanti akan diberitahu bagaimana beserta rekomendasinya. Apakah harus (menjalani) mamografi (atau) USG lebih sering untuk high risk atau intermediate. Atau Anda butuh pengobatan (berupa) chemoprevention," pungkasnya.

(adv/adv)

Berita Terkait