Bahkan anak-anak mulai belajar untuk mengenali tingkah lucu dari orang lain, misalnya saat orangtuanya bermain boneka, sejak berusia 18 bulan. Namun anak-anak butuh waktu lebih lama agar bisa membedakan antara perilaku normal dengan lelucon ketika berusia 2-3 tahun.
Beruntung orang tua dapat membantu anak mengembangkan sense of humor mereka dengan cara berbicara menggunakan suara yang berbeda ketika melakukan atau mengucapkan sesuatu yang lucu agar anak tahu jika orang tuanya sedang bercanda. Salah seorang psikolog, Dr. Meredith Gattis menerangkan, "Ketika kita meletakkan sebuah mainan berbentuk hewan di atas kepala kita dan tertawa, kebanyakan anak berusia 19-24 bulan menyadari bahwa itu hanyalah lelucon dan cenderung menirukannya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian yang dilakukan selama 10 tahun untuk mempelajari tumbuh-kembang anak ini mendorong peneliti menyimpulkan pentingnya proses mimikri atau menirukan sesuatu dalam pembelajaran yang dilakukan anak-anak.
Secara umum dari studi ini peneliti menyimpulkan bahwa anak berumur satu tahun mulai bisa meniru tingkah laku orang lain dan belajar menertawakan lelucon fisik. Sedangkan ketika usianya menginjak dua tahun, anak bisa membedakan apa yang dikatakan lucu dengan apa yang tidak.
Barulah di usia enam atau tujuh tahun, anak mulai memahami humor berbasis bahasa seperti teka-teki, tebak-tebakan, maupun permainan kata lainnya.
"Anak-anak belajar banyak hal, termasuk bagaimana caranya menjadi lucu, dengan menirukan orang dewasa. Penelitian kami pun menunjukkan bahwa usia kritis untuk memahami humor itu adalah di saat anak berusia dua tahun," ungkap Dr. Gattis seperti dilansir Telegraph, Kamis (27/6/2013).
"Dan di usia yang sama, anak mulai mengerti kapan Anda bermaksud melakukan sesuatu yang benar-benar salah tapi lucu, dan begitu juga sebaliknya. Temuan ini pun membantu kami memahami gambaran akurat tentang bagaimana anak-anak dapat belajar memahami pikiran orang lain," tutupnya.











































