Ternyata bayi justru memilih ayah yang gemuk dan berpipi tembem karena lebih enak dipeluk ketimbang ayah yang berotot. Kok bisa?
Awalnya tim peneliti dari Sheffield University dan Exeter University memperlihatkan beberapa pasang gambar pria yang hanya mengenakan celana dalamnya kepada selusin bayi. Yang satu adalah seorang model berotot sedangkan satunya lagi adalah salah satu rekan peneliti yang 'penampakannya' tidak semenarik pria pertama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari analisis footage tersebut diketahui bahwa bayi yang berusia sembilan bulan jelas memperlihatkan preferensi terhadap gambar pria gemuk. Sedangkan untuk anak yang usianya di bawah sembilan bulan, tidak diketahui adanya preferensi khusus, kendati anak berusia enam bulan sebenarnya sudah bisa membedakan berbagai bentuk tubuh orang dewasa.
Menurut peneliti, temuan ini menunjukkan bahwa bayi mempelajari bentuk tubuh tertentu yang mereka sukai berdasarkan pengalamannya sendiri, bukannya sense bawaan yang mendorong mereka untuk tertarik pada bentuk tubuh tertentu.
Tapi di dunia nyata juga terbukti bahwa bayi-bayi lebih memilih pria yang enak dipeluk ketimbang yang berotot.
"Bisa jadi ini karena dua-pertiga pria (di Inggris) kelebihan berat badan dan obesitas, sehingga bayi-bayi ini jauh lebih familiar dengan pria-pria berlemak perut daripada yang punya perut six packs," tandas Dr. Michelle Heron-Delaney dari Sheffield University seperti dilansir Daily Mail, Senin (19/8/2013).
"Akibatnya mereka jadi lebih sering berhadapan dengan orang-orang yang tubuhnya tidak atraktif, sedangkan 'paparan' pada individu yang atraktif atau atletisnya terbatas, sehingga preferensi mereka condong terhadap pria-pria bertubuh kurang atraktif. Bahkan bisa jadi sebagian besar bayi yang terlibat dalam studi ini memiliki orangtua yang kelebihan berat badan dan/atau mempunyai tubuh yang kurang atraktif," jelasnya.
Dugaan lainnya dikemukakan oleh Dr Alan Slater dari Exeter University, "Tubuh pria-pria gemuk terlihat lebih feminin sehingga lebih familiar bagi bayi karena mereka menghabiskan banyak waktu mereka bersama ibunya."
Namun peneliti memperingatkan apapun alasannya, 'paparan' berlebihan dari orang-orang yang kelebihan berat badan dapat mendorong anak melihat hal itu sebagai sebuah norma sehingga dapat berkontribusi terhadap epidemi obesitas.
Studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of Experimental Child Psychology.
(vit/vit)











































