Studi: Anak yang Hiperaktif Meningkat 42% Sejak 2003

Studi: Anak yang Hiperaktif Meningkat 42% Sejak 2003

- detikHealth
Minggu, 01 Des 2013 12:09 WIB
Studi: Anak yang Hiperaktif Meningkat 42% Sejak 2003
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta - Gangguan perilaku berupa ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) membuat anak tidak bisa diam. Menurut data baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, jumlah anak yang didiagnosis mengalami hiperktif terus meningkat.

Menurut sebuah studi CDC yang dipimpin diterbitkan dalam Journal of American Academy of Psikiatri Anak dan Remaja, terjadi peningkatan 42 persen dalam jumlah kasus yang dilaporkan dari ADHD sejak tahun 2003. Saat ini tahun 2013, 6,4 juta anak berusia antara 4 sampai 17 tahun sebanyak 11 persen dalam kelompok tersebut telah diagnosis ADHD. Angka ini menurut penelitian yang didasarkan pada survei terhadap orang tua. Itu berarti meningkat 2 juta lebih dari tahun 2007.

Jumlah anak yang menggunakan obat untuk mengobati ADHD juga meningkat. Sejak survei terakhir yang diambil pada tahun 2007, telah terjadi peningkatan 28 persen pada anak yang memakai obat untuk mengatasi gangguan tersebut. Sebuah survei menemukanLebih dari 3,5 juta anak-anak dalam 4-17 kelompok usia, atau 6 persen, mengonsumsi obat ADHD, seperti dikutip dari CNN, Minggu (1/12/2013).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data ini merupakan bagian dari National Survey CDC Kesehatan Anak, survei cross -sectional, survey melalui telepon secara acak. Survei ini dilakukan setiap empat tahun, dan pertanyaan tentang diagnosis ADHD telah dimasukkan sejak tahun 2003. Data terbaru dari wawancara yang dilakukan via telepon dari Februari 2011 dan Juni 2012, dengan 95.677 wawancara dan tingkat respons secara keseluruhan sebesar 23 persen.

Sementara peningkatan tingkat diagnosis ADHD menjadi hal mengkhawatirkan, Dr John Walkup, direktur psikiatri anak dan remaja di Weill Cornell Medical College dan New York Presbyterian Hospital, menemukan beberapa berita positif ketika melihat tingkat prevalensi dan pengobatan. Dalam pandangannya, data menunjukkan bahwa meningkatkan tingkat diagnosis ADHD semakin mendekati prevalensi sejati ADHD yang bahkan lebih tinggi.

"Kami telah bekerja keras begitu lama untuk meningkatkan pengobatan," ujar Walkup.

"Jika tingkat prevalensi 9 sampai 11 persen dan sudah 8 persen saat ini didiagnosis, ini menunjukkan bahwa advokasi publik untuk pengobatan sudah terbayar," imbuhnya.

Walkup, yang menulis sebuah editorial di edisi jurnal yang sama tetapi tidak terlibat dalam penelitian ini, survei menemukan bahwa hanya 70 persen anak-anak didiagnosis mendapatkan pengobatan. "Sulit untuk mengatakan bahwa kita overtreating," ucapnya.

Tetapi Dr Allen Frances, mantan ketua departemen psikiatri di Duke University, mewaspadai fenomena ini. "Angka-angka tidak harus diambil pada nilai nominal. Sejarah psikiatri adalah sejarah mode, dan kita sekarang menderita sebuah trend peningkatan ADHD" ujar Frances.

Dia mengatakan jumlah peningkatannya tiga kali lipat selama 15 tahun terakhir di hitung dari perusahaan farmasi yang menjual obat perangsang untuk mengobati ADHD.

Susanna Visser, penulis utama studi tersebut, mengatakan memahami kekhawatiran Frances. Dia menunjukkan bahwa menurut survei, lebih dari setengah dari diagnosis ADHD dilakukan pada usia 6 tahun. "Gejala ADHD, seperti hiperaktif, juga bisa menjadi penanda perkembangan sesuai usia" ungkap Visser.

"Anda harus melihat lebih pendekatan lain dapatkah hal itu lebih baik dikaitkan dengan hal-hal lain seperti waktu tidur, trauma perceraian. Banyak tingkah anak dapat terlihat seperti ADHD, dan jika gejala-gejalanya timbul, atau perilaku anak tidak sesuai usianya, maka kita perlu untuk memberikan perawatan secapatnya," tambah Visser.

Visser, yang juga ahli epidemiologi menambahkan, "Saya tidak berpikir dokter di luar sana menjudge anak-anak tidak bertanggung jawab karena perilaku yang hiperaktif. Secara umum, dokter mencoba untuk membantu anak-anak sesuai dengan mereka."



(vit/vit)

Berita Terkait