.webp)
Bagi anak-anak, internet bisa menjadi ancaman tersendiri. Salah satunya cyberbullying. Celakanya, lebih dari 50 persen anak tidak mengerti tentang kekerasan di internet yang bisa memicu depresi dan bahkan bunuh diri tersebut.
"58 Persen anak menyatakan tidak tahu tentang cyberbullying. Mereka juga mengatakan bahwa tidak tahu sedang di-bully di media digital," papar Prof Dr Gati Gayatri, MA, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Literasi dan Profesi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Angka tersebut didapat dari penelitian yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatikan (Kominfo) dan UNICEF sejak tahun 2011. Penelitian tersebut melibatkan 400 anak, yang mewakili 43,5 juta pengguna internet kelompok usia 10 sampai 19 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan ada yang dipanggil dengan nama binatang oleh teman-temannya di media sosial. Tidak hanya itu, beberapa mengaku foto mereka ketika sedang dipermalukan juga diupload ke facebook atau twitter," tambah Prof Gayatri.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar, mengingatkan kembali pentingnya peran orangtua dalam mendampingi anak ketika mengakses media digital.
"Keluarga adalah lingkungan pertama yang seharusnya memberi informasi dan bimbingan tentang media digital yang tepat untuk anak. Jika orangtua tidak mendampingi, ke mana lagi anak mengadu?" ungkap Linda pada acara Seminar Sehari Internasional Penggunaan Media Digital di Kalangan Anak dan Remaja yang bertempat di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2014).
Pada acara yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menyarankan agar para korban melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwenang. Hal ini dilandasi dengan sudah adanya UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Serahkan saja ke proses hukum. Misalnya ada penyebaran berita tidak benar. Kan sudah ada UU ITE. Kalau di twitter langsung di-block atau report spam saja," papar Tifatul.
(up/vit)
