Menurut psikolog Asep Haerul Gani, S.Psi, kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya memicu remaja-remaja tersebut akan mencari perhatian dari orang lain, salah satunya adalah dengan berpacaran.
Asep melanjutkan, pada masa pacaran, seseorang akan melakukan apapun demi mempertahankan perhatian yang diperolehnya dan juga demi mendapat pengakuan dari pasangan tentang perasaan cintanya tersebut. Inilah yang memicu kekerasan pada masa pacaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebutuhan akan perhatian itulah yang membuat seseorang seakan-akan membiarkan pacarnya berlaku kasar kepadanya. Sementara itu pada si pelaku kekerasan, Asep menuturkan bahwa bisa saja si pelaku mempunyai sejarah kekerasan yang terjadi di rumah sebelumnya. Sehingga ia terbiasa melihat hal tersebut, dan menganggap memukul atau menendang adalah perilaku yang normal.
"Bisa jadi kan dia dapat itu di rumah. Misalnya bapaknya kesal sedikit langsung tampar ibunya. Akhirnya muncul anggapan bahwa hal tersebut wajar dilakukan karena disaksikan terus menerus," ujar Asep.
Perilaku kekerasan pada pacaran memang tidak bisa dibenarkan. Jika pada suami istri saja kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak diperbolehkan dan diancam hukuman penjara, tentunya hal tersebut juga tidak bisa dibenarkan ketika masih dalam tahap pacaran.
Jika mengalaminya sebaiknya Anda segera melapor ke sahabat, orang tua atau pihak berwajib untuk meminta perlindungan. Atau jika Anda terbiasa melakukan hal tersebut, segera hubungi psikater atau psikolog untuk mendapatkan bantuan.
(vit/vit)











































