Saat Temannya Mengganggu Anak Boleh Lho Membalasnya, Asal...

Jakarta - Mengejek, mencibir, hingga berujung saing pukul atau cubit bisa terjadi pada anak-anak ketika tengah bercanda dengan teman-temannya. Saat anak dipukul atau disakiti temannya, sebenarnya bolehkah anak membalas perlakuan tersebut?

"Kalau keterlaluan, dicubit atau dipukul berulang-ulang boleh saja anak membalas apa yang dilakukan temannya," tutur psikolog pendidikan Irene Guntur, M.Psi, Psikolog, CGA dalam perbincangan dengan detikHealth, Senin (5/5/2014).

Meski demikian, wanita yang akrab disapa Ige ini menegaskan jangan menanamkan pada anak bahwa kekerasan harus dibalas kekerasan. Oleh karena itu, mereka perlu mengetahui figur otoritas yaitu guru. Sehingga, ketika dirasa keterlaluan, anak pertama kali akan mengadukannya guru supaya perkelahian itu bisa ditindaklanjuti.

Selain itu, dengan terbiasa menceritakan apa yang dialaminya, orang tua juga bisa berbcerita pada ayah atau ibunya jika saat di sekolah ia diganggu atau dijahili temannya.

"Perlu juga diajari cara membela diri. Contoh simpelnya saat dia mau dipukul, anak bisa menangkis tangan temannya sambil bilang jangan mukul dong. Anak nggak membalas karena emosi tapi sebagai bentuk pertahanan dirinya," terang Ige.

Sementara itu, psikolog Ratih Ibrahim mengatakan sah-sah saja jika anak diperbolehkan membalas apa yang dilakukan teman kepadanya. Namun, perlu ditekankan bahwa balasan cubit atau pukul hanya dilakukan di bagian tubuh yang tidak berbahaya seperti tangan dan kaki.

"Hal ini dilakukan supaya anak bisa memberi tahu temannya gimana sih rasanya dipukul atau dicubit. Kalau masih sekali dua kali anak nggak balas nggak apa-apa, tapi kalau terus-terusan boleh dia membalas dan juga suruh melaporkan pada guru atau orang tua," tutur Ratih.

(rdn/vit)