"Cenderung mana? Kalau nomor satu sebetulnya cenderung ASI, pasti," ujar dr Sumadiono, SpA(K), dokter di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM dalam acara Temu Pakar "Kenali Alergi Susu Sapi, Optimalkan Tumbuh Kembang si Secil", seperti ditulis pada Senin (12/5/2014).
Meski demikian, jika diminta memilih antara susu sapi atau susu kedelai untuk anak dua tahun ke atas, dr Suma lebih menganjurkan susu sapi. Sebab menurutnya, susu sapi lebih jelas keamanannya karena telah diolah dan diteliti selama bertahun-tahun. Berbeda dengan susu kedelai yang masih memiliki beberapa aspek yang harus diperhatikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan bahwa pilihan jenis susu untuk anak harus disesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Menurutnya, anak yang tidak memiliki intoleransi atau alergi terhadap protein susu sapi dapat mengonsumsi susu sapi. Sedangkan anak yang mengalami intoleransi atau alergi terhadap susu sapi, maka susu kedelai dapat menjadi alternatif pilihan.
Lain halnya dengan M Dora Tri Yogyantini, SGz, ahli gizi di Instalasi Gizi RS Panti Rapih Yogyakarta. Ia beranggapan bahwa susu isolat protein kedelai tidak harus dijadikan pilihan kedua bagi anak. Menurut Dora, susu isolat kedelai memiliki manfaat yang tak kalah dari susu sapi. Jika susu isolat kedelai diberikan berselang-seling dengan susu sapi, maka anak akan tetap mendapat manfaatnya.
"Di dalam penelitian, diketahui bahwa isolat atau protein kedelai itu nilai biologisnya tidak kalah dengan protein hewani," terangnya.
Meski demikian, susu bukan satu-satunya sumber kalsium, protein, atau energi utuk anak maupun orang dewasa. Kalsium dapat diperoleh dari sayuran hijau, kacang, tahu, maupun brokoli. Sedangkan protein dapat diperoleh dari telur, daging, ayam, kedelai, dan kacang-kacangan. Itulah mengapa anak yang memiliki intoleransi terhadap susu sapi atau kedelai masih dapat meraup kalsium dan protein dari sumber lain.
(vta/vta)











































