Anak-anak Juga Berisiko Bunuh Diri, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua

Anak-anak Juga Berisiko Bunuh Diri, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua

- detikHealth
Kamis, 11 Sep 2014 19:30 WIB
Anak-anak Juga Berisiko Bunuh Diri, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Dalam keseharian, bunuh diri nyatanya tak hanya dialami oleh mereka yang sudah dewasa, tetapi juga anak-anak. Misalnya akibat di-bully atau keinginannya tidak dituruti, bunuh diri pun bisa nekat dilakukan oleh mereka yang masih 'bau kencur'.

"Pada anak-anak sama saja dengan orang dewasa. Mereka berpikir bunuh diri adalah satu-satunya jalan keluar, tidak ada solusi lain. Buat mereka, dibully atau tidak dituruti kemauannya bisa jadi masalah yang besar lho," kata pemerhati kesehatan jiwa dr Albert Maramis SpKJ.

Ditemui di kantor Kemenkes RI, Kuningan, Jakarta, Kamis (11/9/2014), dr Maramis mengutarakan maka dari itu penting bagi orang tua dan guru untuk lebih lekat dengan anak. Dalam artian benar-benar bisa memahami dan dekat dengan anak. Semisal dibully, anak biasanya akan menimbulkan suatu gejala yang bisa mengakibatkan depresi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak dibully dia nggak tau mau ngomong sama siapa, mau ngadu ke guru takut, nggak punya jalan keluar akhirnya depresi dan lama-lama bisa saja nekat bunuh diri. Makanya orang tua dan guru perlu lekat dengan anak. Tahu kalau ada perubahan pada perilakunya," lanjut dr Maramis.

Ketika mengetahui ada yang tak beres dengan si anak, guru juga harus memiliki kedekatan agar bisa mencari informasi tentang apa yang terjadi pada anak. Jangan sampai sudah tercium gelagat aneh tetapi sata ditanya anak justru kabur dan ketakutan.

Begitu juga dengan orang tua yang wajib peka dan selalu menjalin kedekatan dengan anak. Diharapkan, hal tersebut bisa membuat anak terbuka dengan orang tua ketika ada masalah yang dialaminya. Terkait bunuh diri, data WHO tahun 2012 menemukan kasus ini menyumbang 1,4% semua kematian di seluruh dunia.

"Maka dari itu tahun 2003 dicetuskan sebagai hari pencegahan bunuh diri (HPBD) sedunia untuk mencegah bunuh diri karena trennya meningkat dan sebagian besar karena depresi. Meskipun faktor bunuh diri sangat kompleks," tutur Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes dr Eka Viora SpKJ

Tema HPBD tahun ini 'One World Connected' dikatakan dr Eka bertujuan supaya orang yang berpotensi melakukan percobaan bunuh diri bisa memiliki koneksi dengan lingkungan sekitarnya. Termasuk dengan masyarakat, penyedia layanan kesehatan, dan pemerintah.

(rdn/vit)

Berita Terkait