Berikut ini aneka fakta seputar sindrom nefrotik yang ditulis detikHealth pada Jumat (9/1/2015):
1. Apa Itu Sindrom Nefrotik?
|
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
|
Ini berarti jika seseorang mengalami sindrom nefrotik, biasanya kadar protein dalam urine dan kadar kolesterol menjadi tinggi. Sebaliknya, kadar protein dalam darah menjadi rendah.
"Biasanya proteinnya lebih dari 3,5 gram/24 jam. Lalu disertai juga dengan adanya peningkatan kadar kolesterol darah atau lipid (lemak). Dalam pemeriksaan laboratorium, biasanya dicek kolesterolnya ditambah dengan kadar albumin rendah, yaitu kurang dari 3,5 gram/dL," ujar spesialis penyakit dalam dari RSCM, Prof Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH.
2. Gejala Sindrom Nefrotik
|
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
|
Wulan Guritno menyebut beberapa bagian tubuh anaknya memang mengalami pembengkakan, sebagai gejala sindrom nefrotik. "Ya kemarin pas kita tahu ya dia sempet bengkak ke mana-mana, mulai dari kelamin, badannya, ya mungkin kotoran nggak dibuang pada tempatnya, yang menjaga malah dibuang," ucap Wulan.
Gejala lainnya adalah urine yang berbusa. sindrom nefrotik membuat organ ginjal melepaskan protein ke dalam urine dalam jumlah yang sangat banyak. Akibatnya, kadar protein dalam urine menjadi abnormal dan menyebabkan urine menjadi berbusa.
Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah peningkatan berat badan dalam waktu singkat. Gangguan pada proses penyaringan dalam ginjal ini menyebabkan tubuh menampung cairan lebih banyak dari biasanya. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan berat badan.
3. Penyebab Sindrom Nefrotik
|
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
|
Untuk diketahui, imun tersusun atas antigen dan antibodi, oleh sebab itu umumnya reaksi yang dihasilkan pada kedua hal ini sepatutnya adalah perlindungan terhadap tubuh. Namun yang terjadi pada kasus autoimun justru sebaliknya, di mana antigen dan antibodi justru bereaksi untuk merusak organ tubuh. Dalam kasus sindrom nefrotik, reaksinya merusak ginjal.
Sedangkan penyebab sekunder bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit lain misalnya malaria, lupus atau diabetes. Prof Parlindungan menegaskan ini bukan kondisi yang diturunkan atau penyakit bawaan lahir.
4. Pengobatan
|
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
|
Sementara menurut dr Tunggul D Situmorang, SpPD,KGH, ahli ginjal dan Direktur RS PGI Cikini, untuk mengobati sindrom nefrotik, harus diatasi terlebih dahulu penyakit yang mendasari. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi dan pembekuan darah.
Menjaga pola makan menjadi lebih teratur juga disebut bisa membantu proses pengobatan sindrom nefrotik. Biasanya pasien disarankan untuk memilih menu asupan protein tanpa lemak. Selain itu perlu untuk mengurangi konsumsi lemak dan kolesterol berlebihan, yang biasa terdapat pada gorengan. Ini penting untuk membantu mengontrol kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, kurangi juga asupan garam.
Halaman 2 dari 5











































