Dr dr Irfan Wahyudi SpU dari RS ASRI Jakarta mengatakan bahwa ragam kelainan genital anak laki-laki terbagi menjadi dua. "Kelainan ini terbagi menjadi dua, yaitu kelainan bawaan pada penis dan kelainan bawaan pada testis (buah zakar). Kelainan bawaan pada penis di antaranya mikropenis (penis berukuran kecil), inconspicuous penis (penis yang tampak kecil) dan hipospadia. Sedangkan kelainan bawaaan testis yaitu kriptorkismus atau undescensus testis (testis yang tidak turun). Semua kelainan genital ini bisa terjadi lebih dari satu kasus pada satu anak," ucap dr Irfan yang ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (29/5/2015)
Diagnosa mikropenis adalah dengan cara menegakkan penis anak dan jika ukurannya kurang dari 2 cm maka bisa dikatakan anak tersebut mengalami mikropenis. Kasus mikropenis disebabkan oleh beberapa faktor termasuk faktor hormonal sejak anak masih di dalam kandungan. Jika penyebabnya adalah gangguan hormonal maka akan menghambat kerja androgen khususnya testosteron dan dihidrotestosteron.
Baca juga : Kenali Fimosis dan Parafimosis, Dua Kelainan pada Kulit 'Burung' si Kecil
Hal ini terutama akan mengganggu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ kelamin luar dan perkembangan karakteristik sekunder laki-laki. Dalam kasus inconspicuous penis, ukuran penis kerap terlihat kecil karena penis tidak muncul atau terbenam. Dua hal ini disebabkan oleh kelainan jaringan ikat dan lapisan lemak di bawah perut akibat obesitas sehingga disarankan untuk cermat dalam melihat kasus ini supaya bisa diberikan terappi yang tepat.
Sedangkan pada kasus kriptorkismus atau undescensus testis (testis yang tidak turun), dr Arry Rodjani, SpU (K) dari RS ASRI menambahkan beberapa hal bahwa biasanya dokter tidak segera melakukian tindakan terapi untuk memantai perkembangan bayi selama 3 bulan pertama. "Ada kemungkinan testis akan turun sedniri setelah tiga bulan pertama kelahiran karena hormon testosteron masih tinggi. Apabila selama 6 bulan sampai 1,5 tahun testis tidak turun maka harus dilakukan tindakan penurunan testis," tutur dr Arry.
Namun sebelum melakukan tindakan operasi, dokter harus menelusuri terlebih dahulu dimana letak testis bersembunyi. Biasanya ada di lipat paha atau di dalam perut. Apabila letak testis ada di lipatan paha maka tindakan pencarian dapat dilakukan dengan meraba atau menggunakan USG. Sementara apabila letak testis ada di dalam perut maka perlu bantuan Laparaskopi. Tindakan operasi dilakukan untuk mengejar ketertinggalan perkembangan testis selama 4 tahun ke depan.
"Kasus testis tidak turun jika tidak segera ditangani pada usia sebelum pubertas dapat menyebabkan infertilitas. Sementara pada usia setelah pubertas dapat menyebabkan tumor atau kanker," pungkas dr Arry.
Baca juga : Anak-anak Seperti Ini Butuh Prosedur Sunat yang Tak Biasa
(AN Uyung Pramudiarja/AN Uyung Pramudiarja)











































