Pada dasarnya, setiap orang memerlukan perasaan diterima oleh lingkungan. Ketika ia merasa nyaman dan diterima oleh lingkungan di mana yang paling kecil dan intensif adalah keluarga, maka individu akan merasa aman untuk menampilkan perilakunya. Demikian disampaikan psikolog anak dan remaja Alzena MAsykouri, M.Psi yang juga pengelola sekolah Bestariku, Bintaro.
"Bila ada larangan atau selalu dibuat tidak nyaman, tentu individu atau si anak ini ya, akan merasa terancam dan memilih untuk mengamankan dirinya, misalnya dengan diam," tutur wanita yang akrab disapa Zena ini saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Jumat (25/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, ketika orang tua sering melarang anak padahal ia baru bersuara sedikit saja, dikatakan Zena bisa membuat anak merasa terancam dan serba salah. Akibatnya bisa terjadi dua hal, anak akan selalu membangkang atau justru makin menarik diri dan tertutup. Sebab,ia khawatir akan reaksi orang lain bila dia mengemukakan pendapat atau perasaannya secara spontan atau lugas.
Senada dengan Zena, psikolog anak dan remaja Anna Surti Arianni, M.Psi atau yang akrab disapa Nina menegaskan bahwa kebiasaan melarang anak bicara hingga ia merasa minder, akan membuat anak tidak punya kebiasaan untuk mengungkapkan pikirannya. Akibatnya, anak akan malas berucap atau takut omongannya nanti akan disalahkan.
"Kalau ini terlalu sering dialami, biasanya anak bisa mengalami depresi, tapi nggak pasti ya. Karena anak nggak bisa mengekspresikan dirinya. Ditambah lagi kalau dia cuma bergaul sama orang tuanya saja," kata Nina.
Beda kondisinya ketika di rumah anak dikekang dan dilarang berbicara ini itu, tapi keluarga lain misalnya kakek dan nenek banyak omong. Begitupun teman dan guru di sekolah sering mengajak si anak ngobrol. Dalam kondisi seperti itu, anak tetap memiliki partner bicara meski di rumahia tidak memilikinya.
Baca juga: Kerap Ditiru, Hati-hati Curhat Hal Negatif di Sekitar Anak
(rdn/up)











































