Menurut psikolog anak dan remaja dari RSAB Harapan Kita, Ade Dian Komala, MPsi, orang tua harus bisa menjadi sahabat untuk putra-putrinya tetapi juga harus menjadi pengontrol untuk anak. Sejajar dalam artian saat anak punya masalah, orang tua bisa diajak berdiskusi soal masalah si anak.
"Saat posisinya sejajar, orang tua nggak boleh ngasih suggestion. Sebaliknya, orang tua jadi teman diskusi, asertif dan berempati dengan apa yang dirasaan anak. Jadi kayak teman curhat, tapi si anak yang harus mikir masalahnya. Ibaratnya orang tua harus jadi psikolognya anaklah," tutur Ade saat berbincang dengan detikHealth baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kata Psikolog, Ini Manfaat Curhat ke Sahabat
Untuk itu, Ade menekankan ada kalanya orang tua harus menempatkan diri lebih 'tinggi' dari anak, artinya sebagai pengontrol. Sebut saja untuk aturan jam malam, katakan pada anak bahwa itu tidak bisa dilanggar. Ade menuturkan, umumnya remaja memang belum paham kenapa jam malam harus diterapkan dengan ketat.
"Katakan saja karena memang remaja seusia dia bahaya kalo di luar rumah di atas jam 7 malam. Atau karena hari ini sudah banyak main. Jadi kita kasih penjelasan. Begitu juga soal motor nggak bisa diberikan ke anak ya karena memang nggak bisa, secara umur dan mental mereka nggak bisa. Ada kalanya memang kita harus memposisikan diri lebih tinggi dari anak ya," tambah Ade.
Supaya memiliki mental yang kuat dalam menerapkan aturan tegas bagi anak, Ade mengatakan orang tua harus memiliki motivasi untuk membuat sang anak menjadi remaja yang tangguh. Dan patut diingat bahwa ada hal yang bisa dikomunikasikan dan dinegosiasikan dengan anak, tapi ada juga yang harus diterapkan dengan tegas dan harus dipatuhi anak.
Baca juga: Remaja Lebih Mudah Galau Jika Kurang Makan Buah
(rdn/vit)











































