Seperti diungkapkan psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima, MPsi, Psikolog, memang sudah ada kemampuan yang bisa didapatkan anak ketika mereka memainkan digital game. Tapi, ada kemampuan lain yang hanya bisa didapat dari real life game.
"Dari permainan digital anak bisa mendapat kemampuan berpikir dan mengatur strateginya. Sedangkan untuk kemampuan motoriknya, anak umumnya akan menggunakan satu jari," terang Saskhya di sela-sela Peluncuran Papan Permainan Indomilk Jagoan Boboi Boy di Bunga Rampai Resto, Jl Teuku Cik Ditiro, Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Sementara, ketika memainkan real life game, akan lebih banyak kemampuan motorik yang dilatih anak. Selain itu, ada kemampuan sosial yang bisa didapat yakni ketika anak berinteraksi dengan teman yang ia ajak bermain. Kemudian, anak pun bisa lebih termotivasi untuk bisa mencapai keberhasilan dan bisa lebih berlapang dada ketika kalah dalam permainan.
Baca juga: Video Game dan Media Sosial, Dua Penyebab Remaja Kekurangan Jam Tidur
Menurut Saskhya, board game bisa diterapkan bagi anak ketika mereka mulai paham aturan yaitu rata-rata saat anak berusia 5 tahun. Sebab, ketika dia paham aturan, mereka juga sudah paham instruksi setidaknya satu sampai tiga instruksi.
Nah, agar anak tertarik dengan board game atau real life game, menurut Saskhya kuncinya ada di orang tua. Ketika orang tua melihat permainan edukatif yang baik bagi anak, sudah seyogianya orang tua menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak bermain.
"Kebosanan anak saat main bukan karena mainannya nggak mahal atau menarik, tapi nggak ada teman main sehingga perlu sekali orang tua ikut main, memperhatikan proses bermain anak, dan bermain bersama," tutup Saskhya.
Baca juga: Balita Tidak Boleh Sama Sekali Main Gadget? Ini Kata Psikolog (rdn/up)