"Sebetulnya nggak perlu ya. Nggak ada urgensinya. Selain memang bisa mengganggu jam tidur anak, anak malah bisa fokus terus sama acara TV sehingga konsentrasinya bermasalah," tegas psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi.
Saat berbincang dengan detikHealth, Ratih menekankan jika orang tua tidak membolehkan anak memiliki TV di kamarnya sendiri, maka orang tua juga harus konsisten. Artinya, di kamar ayah atau ibu pun tidak ada televisi. Sehingga, kegiatan menonton TV bisa dilakukan bersama di ruang keluarga misalnya.
Saat menonton TV dengan anak, orang tua juga mesti pintar-pintar memilih program atau acara yang tepat dan sesuai usia anak. Sebab, menurut Ratih nonton TV bersama orang tua belum tentu menjamin anak tidak menyaksikan tayangan untuk orang dewasa, misalnya yang berbau kekerasan.
Baca juga: Begini Akibat Buruk Kebanyakan Nonton TV dan Main Komputer pada Anak-Anak
"Penting untuk ortu milih acara yang ditonton bareng anak, yang memang sesuai sama usia anak. Filtering itu perlu banget. Ketika orang tua bekerja, maka delegasikan itu ke si mbak atau orang yang mengasuh anak," tambah wanita berkerudung ini.
Ia mengingatkan, anak-anak apalagi yang masih usia sekolah baiknya tak mengonsumsi gadget lebih dari dua jam. Termasuk untuk menonton TV, bermain smartphone, laptop, tablet PC, ataupun komputer. Waktu bermain gadget maksimal dua jam juga tidak dilakukan langsung secara nonstop.
Menurut Ratih bertambahnya paparan menonton TV memang tidak langsung mengubah bagaimana perilaku anak. Sebab, ada faktor lain yang berkontribusi seperti kontrol diri pada anak, lingkungan sekitar, dan pengawasan dari orang tua. Pun ketika orang tua membolehkan anak bermain gadget, pastinya orang tua sudah tahu konsekuensi apa yang bisa terjadi.
"Saat anak main gadget, orang tua perlu konsisten dan tegas dalam menerapkan aturan. Orang tua harus punya power, ibaratnya jangan kalah sama anak. Kalau anaknya membandingkan dia sama temannya, katakan kalau di tiap keluarga memang punya aturan tersendiri," tutup Ratih.
Baca juga: Bagi Anak, Main Real Life Game dan Digital Game Mesti Seimbang (rdn/vit)