Agar Kelak Anak Punya Body Image Positif, Yuk Lakukan Hal Ini Sejak Dini

Agar Kelak Anak Punya Body Image Positif, Yuk Lakukan Hal Ini Sejak Dini

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Selasa, 21 Jun 2016 18:51 WIB
Agar Kelak Anak Punya Body Image Positif, Yuk Lakukan Hal Ini Sejak Dini
Foto: thinkstock
Jakarta - Body image atau citra diri yang positif bisa membuat seseorang menghargai dirinya, dengan segala kekurangan yang dimiliki. Nah, agar kelak anak punya body image positif, ada hal-hal yang bisa dilakukan orang tua sejak dini.

Diungkapkan psikolog anak dan remaja Sutji Sosrowardojo, menanamkan body image positif sebenarnya bisa dilakukan sejak anak memasuki usia sekolah, bukannya ketika anak memasuki masa pra-remaja (usia 10-12 tahun). Caranya, tanamkan pada anak bahwa tubuhnya bisa berbuat banyak.

"Pertama di usia TK, anak kita ajak main ayunan, terus dia loncat-loncat, kita katakan dia hebat, bisa lompat tinggi di trampolin. Kemudian dia lari atau ikut pertandingan mini olympic, kita katakan bahwa dia anak yang kuat lho," tutur Sutji ditemui usai Media Gathering 'Drink Move Be Strong' di The Hermitage, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga, anak tahu tubuhnya kuat dan ia bahagia dengan tubuhnya, bukan karena tubuhnya indah atau langsing. Nah, ketika anak sudah lebih besar, orang tua bisa menyampaikan bagaimana orang lain di luar sana yang memiliki kekurangan tapi tetap bisa melakukan segala hal.

Baca juga: Ini Akibatnya Jika Berlebihan Memuji Anak 'Cantik' atau 'Ganteng'

Sehingga, anak bisa mensyukuri bagaimana keadaan tubuhnya dan ketika di luar sana ia menerima hal-hal seputar tubuh ideal, anak tetap bertahan pada body image positif yang ia miliki. Ketika anak masuk usia pra-remaja, penting sekali mengeksplor bakat dan minat yang dimilikinya.

"Saat anak sudah tahu bakat dan minatnya, dia sudah punya bekal. Misalnya dia tahu kakinya lebih pendek, tapi dia suka banget melukis dan lukisan itu bisa dihargai oleh orang di sekitarnya. Intinya kita menemukan aspek lain yang kuat pada anak sehingga pikiran anak nggak terlalu terkuras dengan penampilan fisik," papar Sutji.

Berdasarkan teori perkembangan psikolsosial Erik Erikson, Sutji menyebutkan bahwa memasuki tahap adolescence (usia 11-18 tahun), anak mengalami konflik antara pembentukan identitas dan kebingungan akan perannya. Secara fisik mereka mengalami pertumbuhan sehingga merasa sudah dewasa, misalnya saja anak perempuan mengalami pertumbuhan payudara dan anak lelaki mengalami perubahan suara, tapi secara mental mereka masih termasuk anak-anak.

Saat anak tidak mendapat perlakukan atau pendampingan dari orang tua yang tepat, anak bisa mengalami role confusion di mana ia jadi orang yang penuh keragu-raguan dan rendah diri. Namun sebaliknya, jika orang tua suportif dan memberi pemahaman pada anak bahwa itu adalah tahap perkembangan yang memang harus dilalui sehingga anak semestinya nyaman dengan tubuhnya, maka akan terbentuk body image yang positif.

(rdn/vit)

Berita Terkait