"Obesitas bukan kelebihan gizi, tapi kalori. Bisa jadi kalsiumnya kurang, asam folatnya kurang, zat besi kurang. Ini bisa terjadi karena makan yang asal kenyang, jadi nutrisinya kurang diperhatikan," papar spesialis gizi klinis, dr Fiastuti Witjaksono, SpGK dari RS MRCCC (Siloam Semanggi) di sela-sela konferensi pers 150 Tahun Nestle di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (12/11/2016).
Kerap kali karbohidrat mendominasi makan, sebaliknya sayur, lauk dan buahnya minim. Ini yang kemudian anak mengasup makanan yang tidak seimbang. Ini seperti disebut dalam riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 yang menyebut sekitar 93,5 persen masyarakat kurang makan sayur dan buah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penyakit Kekurangan dan Kelebihan Gizi, Semuanya Ada di Indonesia
Indonesia sendiri, tambah dr Fias, mengalami double burden di mana obesitas dan stunting menjadi beban ganda dalam pertumbuhan anak. Kurang nutrisi bisa menyebabkan penyakit seperti anemia, kekurangan vitamin dan gondok. Sedangkan obesitas berisiko memicu diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah.
dr Fias juga menyinggung pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, yakn dari 9 bulan di kandungan, hingga 24 bulan kehidupan pertama manusia. Nutrisi di 1.000 hari pertama itu bisa turut menentukan hidup seseorang sampai usia tua.
Untuk nutrisi optimal, berikan hanya air susu ibu (ASI) saja pada bayi hingga usia enam bulan. Mulai enam bulan ke atas, perlu ditambahkan makanan pendamping ASI. Nah, MPASI ini juga hendaknya diberikan secara bertahap terkait jenis, jumlah dan teksturnya.
"Hindari memberikan bayi makanan manis atau asin," pesan dr Fias.
Sementara untuk balita, ketika 1.000 hari pertama sudah terlewati, bukan berarti nutrisi tak lagi diperhatikan. Mulai usia 1 tahun, sudah diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan. Namun demikian hendaknya hindari junk food yakni makanan yang terlalu manis, terlalu asin, berlemak tinggi dan refined karbohidrat.
"Makanan sehat dapat dilengkapi dengan susu. Tumbuh kembang anak dapat dipantau menggunakan kartu menuju sehat (KMS)," imbuh dr Fias.
Baca juga: Begini Cara Latih Anak Mengenal Rasa Kenyang untuk Cegah Makan Berlebihan
(vit/vit)











































