Demikian disampaikan oleh dr Dharmawan A. Purnama, SpKJ dalam seminar 'Deteksi Dini ADHD pada Anak' yang diselenggarakan di Ciputra Medical Center, Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan, Sabtu (11/2/2017).
Menurut dr Dharmawan, ketika seorang anak tidak bisa diam, namun tidak memiliki tanda khas ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) lainnya, seperti kurang perhatian dan impulsif, maka ia belum tentu benar ADHD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gejala-gejala tersebut di antaranya anak tidak rapi, sulit mempertahankan konsentrasi, mudah terdistraksi, gagal menyelesaikan tugas dan menghindari usaha yang berkepanjangan, karena mereka cenderung cepat bosan. Mereka juga mudah lupa dan sering kehilangan benda, tampak seperti tidak mendengarkan saat dijelaskan sesuatu, dan tidak teliti.
"Dipastikan juga gejala tersebut muncul sebelum anak berusia 7 tahun. Gangguan juga harus terlihat paling tidak pada dua lingkungan, misalnya lingkungan rumah dan sekolah," imbuh dr Dharmawan.
Baca juga: Membedakan Anak ADHD dengan Anak Aktif Pada Umumnya
Untuk mendiagnosis ADHD, dr Dharmawan juga menuturkan bahwa selain mengumpulkan data dan informasi mengenai kondisi anak pada orang tua, maka dokter seringkali juga melakukan pemeriksaan lain seperti dengan skala penilaian dan pemeriksaan fungsi kognitif.
Salah satu tes tersebut adalah CPT-TOVA (Continuous Performance Test- Test of Variable of Attention). Ini merupakan pengukuran yang objektif terhadap daya atensi seseorang, bukan hanya penilaian yang subjektif dari wawancara atau pengamatan perilaku. Alat ini masih lebih populer dipergunakan di Amerika Serikat, terutama untuk anak usia sekolah.
"Intinya banyak indikator dan pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis anak dengan ADHD. Jika ragu sebaiknya diperiksakan ke dokter ya," imbuh dr Dharmawan.
Baca juga: Sisi Lain Michael Phelps, Pengidap ADHD yang Jadi Bintang Olimpiade (ajg/up)











































