Studi yang diterbitkan di jurnal Nature menyebutkan 'benih-benih' autisme bisa muncul lebih awal daripada gejalanya, yakni di masa awal kehidupan. Diketahui, satu dari 100 orang memiliki autisme yang dapat berdampak pada perilaku dan interaksi sosial.
Dalam studi ini, peneliti melibatkan anak dengan diagnosis autisme. Peneliti ingin melihat perbedaan awal yang muncul pada bagian fungsi otak yang penting seperti bahasa atau cerebral cortex.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Studi: Risiko Autisme Anak Terkait Kurangnya Asupan Vitamin D Ibu Saat Hamil
"Melakukan scan otak pada anak, khususnya anak yang memiliki risko tinggi terhadap autisme dapat memberikan diagnosis awal pada anak," sambung dr Hazlett dikutip dari BBC.
Jika autisme dapat didiagnosis lebih awal, maka terapi perilaku seperti melatih orang tua berinteraksi dengan anak autis dapat diperkenalkan lebih dini.
Sementara itu, Carol Povey, direktur National Autistic Society's Centre for Austisme mengatakan scan MRI (Magnetic Resonance Imaging) pada kasus autisme mungkin dapat membantu keluarga yang sudah memiliki anak autis untuk mengetahui diagnosis awal pada anak berikutnya. "Artinya anak-anak lain dapat menerima dukungan sedini mungkin," imbuh Povey.
Namun, Povey mengingatkan bahwa autisme dapat muncul dengan gejala lain. Sehingga, tidak ada tes tunggal yang memungkinkan untuk mengidentifikasi potensi autisme pada anak.
Baca juga: Studi Pastikan Vaksin Flu pada Ibu Hamil Tak Picu Autisme Anaknya (rdn/up)











































