Studi: Kelahiran Prematur, 'Pembunuh' Anak-anak Terbesar Dewasa Ini

Studi: Kelahiran Prematur, 'Pembunuh' Anak-anak Terbesar Dewasa Ini

- detikHealth
Selasa, 18 Nov 2014 07:49 WIB
Studi: Kelahiran Prematur, Pembunuh Anak-anak Terbesar Dewasa Ini
Ilustrasi (Foto: Getty Images)
London - Sebelumnya kasus kematian pada anak di dunia didominasi karena serangan penyakit menular seperti pneumonia. Namun baru-baru ini sebuah penelitian terbaru dari Inggris melaporkan kelahiran prematur menggeser predikat tersebut.

Dalam laporan yang dipublikasikan jurnal Lancet tersebut, peneliti menemukan ada lebih dari satu juta kematian bayi akibat kelahiran prematur terjadi tiap tahunnya. Disusul dengan komplikasi pada saat persalinan yang angkanya mencapai 720.000 kasus.

Sejak awal, peneliti merasa gembira ketika mengetahui ada penurunan tingkat kematian anak di bawah usia lima tahun di penjuru dunia. Dari yang semula 76 kasus menjadi tinggal 46 kasus per 1.000 kelahiran sejak tahun 2000. Sebagian besar karena keberhasilan upaya berbagai pihak untuk melindungi anak-anak dari beragam penyakit seperti pneumonia, diare, campak dan malaria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan kematian pada bayi prematur juga cenderung berkurang, meskipun secara lambat. Angka kematian akibat kelahiran prematur hanya menurun dua persen saja secara global, bahkan di beberapa negara seperti Inggris, angkanya justru naik dari 36 persen menjadi 38,7 persen.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, komplikasi pada saat persalinan prematur melampaui penyebab lain dan menjadi pembunuh bayi nomor satu di dunia," imbuh peneliti Dr Joy Lawn dari London School of Hygiene and Tropical Medicine seperti dikutip dari BBC, Selasa (18/11/2014).

Sebagian besar kasus kematian pada bayi prematur terjadi di Afrika Barat, terutama di negara-negara yang diserang wabah Ebola seperti Sierra Leone dan Liberia.

Namun Prof Lawn menambahkan mereka belum mengetahui apa penyebab terjadinya komplikasi pada persalinan bayi prematur ini. Sebab lebih dari separuh kasus terjadi begitu saja atau spontan. Sedangkan di negara-negara maju, yang diduga menjadi penyebabnya adalah obesitas, penundaan usia kehamilan, hingga tingginya permintaan untuk melahirkan dengan operasi Caesar.

"Untungnya dua-pertiga kasus ini bisa dicegah dengan perawatan intensif. Salah satu yang kami rekomendasikan adalah gendong kangguru," katanya.

dr Rinawati Rohsiswanto, SpAK dari Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM menjelaskan, metode kangguru adalah perawatan bayi yang baru lahir dengan cara melekatkan tubuh bayi ke dada ibunya (kontak kulit) sehingga suhu bayi tetap hangat, sekaligus mendekatkan si bayi dengan ibunya.

"Studi di Indonesia ini melihat bagaimana bayi ini mengalami pertumbuhan yang lebih bagus, kecepatan naik berat badannya bagus, suhu tubuh lebih stabil, tanda vital seperti detak jantung stabil serta lebih cepat pulang dari rumah sakit ketika diberikan metode kangguru," paparnya kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

(lil/up)

Berita Terkait