Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan Jacek Debiec dari University of Michigan Medical School. Debiec menuturkan bahwa bayi bisa belajar ekspresi dari ibu yang ketakutan bahkan sejak usia dini. Sebab, peneliti yakin sebelum bayi memiliki pengalaman sendiri, mereka pada dasarnya memperoleh pengalaman dari ibu mereka.
"Hal yang patut digarisbawahi yakni pengalaman dari ibu bisa ditularkan ke anak jika dilakukan berulang-ulang dan menjadi pembelajaran bayi. Tapi, jika tidak terulang, pengalaman itu akan cepat hilang," tulis Debiec dalam laporannya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dan dikutip pada Jumat (30/1/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk studi ini, Debiec dan timnya mempelajari reaksi pada induk tikus yang dibuat takut ketika menghirup aroma peppermint. Saat menghirup aroma tersebut, tikus diberi tegangan listrik mendadak hingga mereka ketakutan. Uji coba ini bahkan diberi sebelum tikus hamil.
"Hasilnya, induk tikus bisa 'mengajari' bayinya ketakutan akan bau peppermint bahkan hanya dengan aroma tubuh yang dihasilkan ketika induk tikus ketakutan. Bahkan, hanya dengan reaksi ketakutan induk tikus atas peppermint sudah cukup membuat bayi tikus takut akan hal yang sama," lanjut Debiec.
Baca juga: Sebagian Otaknya Mengeras, Wanita Ini Tak Punya Rasa Takut
Namun, ketika zat tertentu memblokir kerja amigdala, bagian otak yang berhubunagn dengan rasa takut, dimasukkan ke anak tikus. Ia tidak merasakan ketakutan ketika menghirup aroma peppermint. Maka dari itu, Debiec mengatakan orang tua bisa berperan ketika anak merespons sesuatu yang menakutkan.
"Dengan begitu, anak-anak bisa lebih takut pada hal-hal yang memang rasional. Atau setidaknya, mereka bisa belajar untuk mengenali mana hal-hal yang memang patut sangat ditakutkan atau tidak perlu ditakutkan, dengan bantuan ibunya," pungkas Debiec.
(rdn/up)











































