Geser Jepang, Jerman Pegang Rekor Angka Kelahiran Terendah

Geser Jepang, Jerman Pegang Rekor Angka Kelahiran Terendah

Rahma Lilahi Sativa - detikHealth
Senin, 01 Jun 2015 16:05 WIB
Geser Jepang, Jerman Pegang Rekor Angka Kelahiran Terendah
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Berlin - Negara boleh maju, namun tren angka kelahiran (natalitas) di sejumlah negara seperti di Eropa dan Amerika nyatanya justru mengalami penurunan. Nampaknya peringkat pertama sebagai negara dengan angka kelahiran terendah di dunia bakal 'direnggut' dari Jepang.

Tahun ini Jepang disalip oleh Jerman. Itu artinya angka kelahiran di Jerman tak hanya terendah di Eropa tapi juga secara global. Fakta ini dikemukakan oleh sebuah perusahaan auditing asal Jerman, BDO, bekerjasama dengan Hamburg Institute of International Economis (HWWI).

Baca juga: Tak Banyak Bayi Lahir, Jepang Dorong Perjodohan Bagi yang Single

Menurut hasil pengamatan mereka, angka kelahiran di Jerman rata-rata hanya 8,2 anak per 1.000 penduduk dalam kurun lima tahun belakangan. Sedangkan angka kelahiran di Jepang mencapai 8,4 per 1.000 penduduk untuk periode yang sama.

Sebagai perbandingan, dua negara Eropa lainnya yang dikatakan memiliki angka kelahiran terendah, yakni Portugis dan Italia, angka kelahirannya saja masing-masing masih 9,0 dan 9,3 per 1.000 penduduk. Namun negara yang dianggap sama majunya dengan Jerman, seperti Prancis dan Inggris justru memiliki angka natalitas rata-rata mencapai 12,7 per 1.000 penduduk.

Peneliti merasa heran dengan temuan mereka, sebab pemerintahan PM Angela Merkel bukannya tinggal diam melihat kemerosotan ini. Sejumlah kebijakan telah digalakkan untuk mendukung naiknya angka kelahiran di sana, di antaranya membangun sebanyak mungkin day care di penjuru Jerman.

Jadi setiap anak berusia minimal 12 bulan bisa dititipkan di day care agar orang tuanya dapat kembali bekerja serta pemberian jatah cuti melahirkan (maternity leave) sebanyak 14 minggu dan tetap digaji penuh.

Direktur HWWI, Henning Voepel melihat hal ini sebagai 'ancaman' terhadap sumber daya manusia Jerman di masa mendatang. "Bila angka kelahiran menurun, itu berarti persentase usia pekerja di Jerman (20-65 tahun) akan turun dari 61 persen menjadi 54 persen di tahun 2030," paparnya seperti dikutip dari BBC, Senin (1/6/2015).

Ditambahkan Arno Probst dari BDO, dengan tidak adanya SDM yang memadai, bukan tidak mungkin ekonomi Jerman akan ambruk, cepat atau lambat.

Baca juga: 10 Tempat Terbaik dan Terburuk untuk Menjadi Ibu

Menurut sebuah survei yang dilakukan Japan Family Planning Association pada bulan Januari lalu, diketahui bahwa hampir separuh atau 48,3 persen pria dan 50,1 persen wanita di Jepang tidak lagi melakukan hubungan intim dengan pasangannya. Alasannya karena terlalu capek bekerja. Boleh jadi ini tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Jerman saat ini.



(lll/up)

Berita Terkait