"Kalau bayi lahir besar umumnya karena glukosa ibu saat hamil. Kalau kemudian tidak mendapat asupan yang memadai ya jadinya kurus sekali," terang dr Widya Eka Nugraha, konselor genetik dari RS Dramaga Bogor.
Hal itu disampaikan dia dalam diskusi 'Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak' yang digelar komunitas Tambah ASI Tambah Cinta di RS Meilia, Cibubur, Sabtu (19/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Inikah Keluarga Paling Tinggi di Inggris?
Sedangkan terkait tinggi badan, itu adalah hal yang kompleks. Untuk kasus pendek, harus dibedakan apakah seseorang pendek normal atau stunting. Pendek normal maksudnya ukuran tubuhnya proporsional kendati pendek. Sedangkan stunting dikaitkan dengan gizi buruk.
"Pas lahir tinggi itu belum tentu akan tinggi juga saat dewasa. Ada juga anak yang katakanlah pas SD pertumbuhannya cepat, jadinya lebih tinggi dari teman-temannya. Tapi kemudian pas SMA malah jadinya lebih pendek karena gangguan hormonal congenital hyperplasia," terang dr Eka.
Perawakan tubuh yang tinggi dipengaruhi berbagai faktor misalnya genetik, hormonal, dan lingkungan dalam hal ini asupan nutrisi.
Pada Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) tipe virilisasi, pada masa anak-anak memang biasanya tumbuh cepat. Tetapi karena tulangnya lebih cepat mata sehingga pertumbuhan cepat beralkhir. Akibatnya biasanya menjadi pendek pada waktu dewasa.
"Kalau diagnosis tepat, maka bisa cepat mendapat terapi kortikosteroid. Ini sampai usia dewasa 20-30 tahun. Tapi kalau sudah terlambat ditangani, nggak ada artinya juga dikasih kortikosteroid karena penutupan epifisis tulang lebih cepat," sambung dr Eka.
Baca juga: Ingin Tumbuh Kembang Anak Optimal? Penuhi Kebutuhan Ini
(vit/vit)











































