Peneliti menemukan fakta ini setelah mengamati 105 bayi berusia 9-18 bulan yang diajari menekan tombol demi mendapatkan reward atau imbalan tertentu. Tombol ditekan sebanyak dua kali, dan dari situ orang tua diminta memberikan makanan kesukaan atau memberi mereka kesempatan bermain seperti meniup gelembung, menonton DVD Baby Einstein atau mendengarkan musik.
Lama-kelamaan si bayi terlihat mulai kesulitan, karena mereka harus menekan tombol berulang kali untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dari sini peneliti bisa menilai seberapa besar temperamen dan tingkat kesabaran si bayi.
Untuk melengkapi hasil pengamatan, peneliti juga menanyakan tentang temperamen anak kepada orang tuanya lewat kuesioner secara mendetail. Pertanyaannya semisal 'ketika digendong, seberapa sering si bayi menarik diri atau menendang?' dan 'apakah si anak tetap duduk tenang, meski sudah selesai diberi makan?'.
"Kami menemukan bayi dengan tingkat 'cuddliness' (ekspresi di mana gembira ketika digendong) yang tinggi ternyata tidak begitu suka memilih makanan sebagai penenang karena mereka leih memilih digendong," kata peneliti, Kai Ling Kong seperti dikutip dari buffalo.edu, Jumat (26/8/2016).
Kondisi yang sama juga ditemukan pada bayi-bayi yang cepat berhenti menangis atau rewel. Mereka lebih termotivasi pada hal-hal selain makanan. Sebaliknya, bayi yang kurang suka digendong dan tidak mudah ditenangkan ketika rewel lebih sering memilih makanan sebagai 'reward'.
"Riset ini memberi gambaran pada kita bahwa perbedaan perilaku yang mulai terlihat sejak bayi mampu memprediksi mempengaruhi perilaku sehat dan kondisi kesehatan mereka di masa depan, khususnya terkait risiko obesitas," lanjutnya.
Baca juga: Word Spurt, Ketika Balita Makin Ceriwis karena Kuasai Kosakata Baru
Selain itu, orang tua juga bisa diuntungkan dengan studi ini karena mereka dapat mengidentifikasi karakteristik bayinya, apakah dia mudah ditenangkan atau tidak. Bila sudah teridentifikasi, maka mudah bagi orang tua untuk mengubah preferensi anak atau memperkenalkan hal lain sebagai imbalan atas sesuatu.
"Misal dengan jalan-jalan ke taman bermain atau lebih banyak bermain dengan orang tua juga dapat membantu mengurangi tendensi si anak untuk menemukan kenyamanan pada makanan saja," tandas Kong.
Orang tua juga bisa memperkenalkan mainan yang lebih beragam agar anak teralihkan perhatiannya dari makanan. Yang tak kalah penting, anak belajar tentang gaya hidup sehat dari orang tuanya.
"Mereka benar-benar menaruh perhatian pada apa yang dilakukan orang tuanya. Dan jangan langsung memberikan makanan jika anak rewel atau menangis," pesannya.
Baca juga: Si Kecil Rewel Saat Ditinggal Pergi Ibunya, Apa yang Sebaiknya Dilakukan? (lll/vit)