Jakarta -
Lotus birth bisa saja diterapkan beberapa orang tua pasca kelahiran buah hatinya. Memang, ini kembali lagi pada keputusan masing-masing orang tua.
Lotus birth sendiri merupakan metode di mana tali pusat bayi tidak dipotong dan diklem. Otomatis, tali pusat akan tersambung dengan plasenta sampai copot dengan sendirinya.
Nah, ada beberapa hal yang perlu disimak soal lotus birth ini, seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ketika Selendang Dimanfaatkan untuk Mengurangi Nyeri Melahirkan
1. Ada risiko infeksi
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Dengan tidak dipotong dan diklem, tali pusat akan terus tersambung dengan plasenta. Meski plasenta sudah dikeringkan, ini bisa menimbulkan risiko infeksi."Plasenta kan isinya pembuluh darah yang terbuka. Ketika dibiarkan di luar seperti itu, akan ada risiko infeksi dari lingkungan sekitar," kata dr Khanisyah Erza Gumilar SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Lagipula, lanjut dr Erza, ketika bayi sudah lahir maka dia tidak lagi membutuhkan nutrisi dari plasenta sebab si bayi sudah mendapat asupan nutrisi dari sang ibu.
2. Setelah persalinan, plasenta merupakan jaringan mati
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
The Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG) menyebutkan pada dasarnya rentan terjadi infeksi pada plasenta karena plasenta mengandung darah. Terlebih pasca melahirkan, plasenta tak lagi memiliki sirkulasi darah dan pada dasarnya plasenta sudah berubah menjadi jaringan yang mati.Nah, jika terjadi infeksi pada plasenta yang masih tersambung pada bayi, infeksi itu akan cepat menyebar ke tubuh bayi.
3. Masih kontroversi
Foto: Thinkstock
|
"Lotus birth masih kontroversi dan belum ada penelitiannya. Secara medis, tali pusar harus segera diklem untuk mencegah bayi menjadi kuning karena bilirubin (senyawa hasil metabolisme hati) yang tinggi," tegas dr Frizar Irmansyah SpOG, dari RS Pusat Pertamina.
Terlebih lagi bila terjadi kasus rhesus darah ibu bertentangan dengan bayi. Semakin lama tali pusar dibiarkan, maka akan semakin banyak darah ibu yang tidak sesuai bercampur dengan darah bayi.
"Dalam keadaan kurang sehat atau bayi tidak bugar, memang terkadang kita lakukan delay clamping (penundaan klem). Jadi kita biarkan bayi tetap dengan ari-arinya, agar mendapatkan darah lebih banyak," jelas dr Frizar.
4. Soal manfaat menunda pemotongan tali pusat
Foto: Thinkstock
|
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan dalam beberapa tahun terakhir peneliti menemukan manfaat menunda pemotongan tali pusar. Salah satunya bayi menerima hemoglobin yang mengantarkan zat besi dan oksigen ke tubuh, otot, dan organ.Menunda memotong tali pusat disebut juga berkaitan dengan konsentrasi hemoglobin dan peningkatan zat besi hingga usia enam bulan yang dapat mencegah anemia. Sebab, dikayakan setengah zat besi dan sel darah yang kaya tertinggal di plasenta.
Menunda pemotongan tali pusar juga meningkatkan kapasitas antioksidan dan mengurangi peradangan selama persalinan yang dapat meningkatkan perkembangan bayi dalam beberapa hari setelah kelahiran. Meskipun ACOG mengatakan bahwa belum ada kejelasan dari waktu yang terbaik untuk menunggu, World Health Organization (WHO) merekomendasikan satu hingga tiga menit.
Namun ada beberapa situasi hal ini tidak bisa dilakukan. Misalnya jika sang ibu memiliki risiko perdarahan postpartum. Penundaan pemotongan tali pusar juga bisa meningkatkan risiko pendarahan termasuk infeksi, kelainan plasenta, dan penurunan detak jantung bayi.
5. Bukan tak mungkin menimbulkan kerepotan
Foto: thinkstock
|
Biasanya, butuh waktu tiga sampai sepuluh hari tali pusat lepas dengan sendirinya. Nah, ketika lotus birth diterapkan, di mana plasenta tetap berada di dekat bayi, bukan tak mungkin akan timbul kerepotan misalnya ketika memandikan atau menyusui bayi.Tapi, ini kembali lagi pada keputusan masing-masing orang tua. Hal terpenting adalah tetap memastikan si kecil dalam kondisi sehat-sehat saja bukan?
Dengan tidak dipotong dan diklem, tali pusat akan terus tersambung dengan plasenta. Meski plasenta sudah dikeringkan, ini bisa menimbulkan risiko infeksi.
"Plasenta kan isinya pembuluh darah yang terbuka. Ketika dibiarkan di luar seperti itu, akan ada risiko infeksi dari lingkungan sekitar," kata dr Khanisyah Erza Gumilar SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Lagipula, lanjut dr Erza, ketika bayi sudah lahir maka dia tidak lagi membutuhkan nutrisi dari plasenta sebab si bayi sudah mendapat asupan nutrisi dari sang ibu.
The Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG) menyebutkan pada dasarnya rentan terjadi infeksi pada plasenta karena plasenta mengandung darah. Terlebih pasca melahirkan, plasenta tak lagi memiliki sirkulasi darah dan pada dasarnya plasenta sudah berubah menjadi jaringan yang mati.
Nah, jika terjadi infeksi pada plasenta yang masih tersambung pada bayi, infeksi itu akan cepat menyebar ke tubuh bayi.
"Lotus birth masih kontroversi dan belum ada penelitiannya.
Secara medis, tali pusar harus segera diklem untuk mencegah bayi menjadi kuning karena bilirubin (senyawa hasil metabolisme hati) yang tinggi," tegas dr Frizar Irmansyah SpOG, dari RS Pusat Pertamina.
Terlebih lagi bila terjadi kasus rhesus darah ibu bertentangan dengan bayi. Semakin lama tali pusar dibiarkan, maka akan semakin banyak darah ibu yang tidak sesuai bercampur dengan darah bayi.
"Dalam keadaan kurang sehat atau bayi tidak bugar, memang terkadang kita lakukan delay clamping (penundaan klem). Jadi kita biarkan bayi tetap dengan ari-arinya, agar mendapatkan darah lebih banyak," jelas dr Frizar.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan dalam beberapa tahun terakhir peneliti menemukan manfaat menunda pemotongan tali pusar. Salah satunya bayi menerima hemoglobin yang mengantarkan zat besi dan oksigen ke tubuh, otot, dan organ.
Menunda memotong tali pusat disebut juga berkaitan dengan konsentrasi hemoglobin dan peningkatan zat besi hingga usia enam bulan yang dapat mencegah anemia. Sebab, dikayakan setengah zat besi dan sel darah yang kaya tertinggal di plasenta.
Menunda pemotongan tali pusar juga meningkatkan kapasitas antioksidan dan mengurangi peradangan selama persalinan yang dapat meningkatkan perkembangan bayi dalam beberapa hari setelah kelahiran. Meskipun ACOG mengatakan bahwa belum ada kejelasan dari waktu yang terbaik untuk menunggu, World Health Organization (WHO) merekomendasikan satu hingga tiga menit.
Namun ada beberapa situasi hal ini tidak bisa dilakukan. Misalnya jika sang ibu memiliki risiko perdarahan postpartum. Penundaan pemotongan tali pusar juga bisa meningkatkan risiko pendarahan termasuk infeksi, kelainan plasenta, dan penurunan detak jantung bayi.
Biasanya, butuh waktu tiga sampai sepuluh hari tali pusat lepas dengan sendirinya. Nah, ketika lotus birth diterapkan, di mana plasenta tetap berada di dekat bayi, bukan tak mungkin akan timbul kerepotan misalnya ketika memandikan atau menyusui bayi.
Tapi, ini kembali lagi pada keputusan masing-masing orang tua. Hal terpenting adalah tetap memastikan si kecil dalam kondisi sehat-sehat saja bukan?
(rdn/up)