Anak lelaki tentu saja punya hormon testosteron lebih banyak dari anak perempuan, karena testosteron adalah hormonnya lelaki. Perempuan juga memiliki hormon ini tapi jumlahnya sedikit karena hormonnya lebih banyak berupa estrogen.
Tapi tingginya hormon testosteron ini jugalah yang diduga menjadi penyebab lambatnya kemampuan bahasa anak lelaki. Efek yang berlawanan ditemukan pada anak perempuan, tingginya kadar testosteron dalam darah berkaitan dengan penurunan risiko keterlambatan kemampuan bahasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak laki-laki dan perempuan memproses testosteron secara berbeda. Dalam penelitian ini, para peneliti mengukur kadar testosteron dalam darah tali pusar bayi yang baru lahir, kemudian mengecek kemampuan bahasa anak-anak tersebut pada usia 1, 2 dan 3 tahun. Orangtuanya juga diminta mengisi kuesioner tentang perkembangan anak-anaknya.
Peneliti menemukan bahwa bayi laki-laki dengan kadar testosteron tinggi dalam darahnya memiliki kemungkinan 2-3 kali lipat lebih tinggi mengalami keterlambatan bahasa dibandingkan anak perempuan. Efek yang berlawanan ditemukan pada bayi perempuan, tingginya kadar testosteron dalam darah berkaitan dengan penurunan risiko keterlambatan kemampuan bahasa.
Penemuan ini dipublikasikan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry.
"Sebagian besar dari mereka dapat mengatasi hal ini. Anak laki-laki dapat mengejar ketertinggalan tersebut saat mencapai usia sekolah," kata Rice.
Whitehouse mengatakan bahwa hal ini mungkin disebabkan perbedaan laki-laki dan perempuan dalam memproses testosteron. Bisa juga karena testosteron mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lain pada anak, yang pada gilirannya mempengaruhi perkembangan kemampuan bahasanya. Peneliti menganjurkan agar orang tua lebih memperhatikan kosakata anak-anaknya.











































