"Stem cell ini adalah sebuah terobosan yang dianggap bisa mematahkan teori-teori sebelumnya," kata Prof dr Amin Soebandrio, SpMK, Staf Ahli Kemenristek Bidang Kesehatan dan Obat dalam kick-off Ristek-Kalbe Science Award (RSKA) 2012 di Kemenristek, Kamis (19/4/2012).
Dengan terobosan seperti stem cell atau sel punca, Prof Amin menilai hal-hal yang semula tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Misalnya saraf putus, kalau semula tidak mungkin diapa-apakan lagi maka dengan stem cell kondisi itu bisa diperbaiki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saraf putus karena kecelakaan, sekarang bisa disambung lagi dengan stem cell. Orang tua yang sendinya mulai keropos, juga bisa pakai stem cell. Kalau ke bagian ortopedi di RSCM (RS Cipto Mangunkusumo) misalnya, itu beberapa dokter sudah menggunakan stem cell untuk mengobati pasiennya," kata Prof Amin.
Namun diakui oleh Prof Amin, pengembangan stem cell saat ini belum menjadi prioritas utama bagi Kemenristek. Di bidang kesehatan, Kemenristek masih memprioritaskan 4 hal yakni pengembangan vaksin, obat malaria, obat-obat berbahan alam dan juga alat kesehatan.
Vaksin yang saat ini paling mendesak untuk dikembangkan adalah vaksin flu burung, lalu dalam jangka panjang juga akan dikembangkan vaksin hepatitis dan vaksin baru untuk Tuberculosis (TB) untuk menggantikan BCG (Bacille Calmette-Guerin) yang dianggap mulai tidak efektif.
Pengembangan obat malaria yang tengah dikawal oleh Kemenristek adalah Artemisinin dari tanaman Artemisia. Obat ini mendapat prioritas karena di berbagai wilayah, kuman-kuman malaria sudah mulai resisten dengan obat-obatan yang tersedia saat ini.
Sedangkan untuk alat kesehatan, Kemenristek tengah mengembangkan USG (Ultrasonografi) portabel untuk dipakai di daerah-daerah terpencil. Tidak hanya ukurannya yang ringkas dan bisa dibawa ke mana-mana, alat ini nantinya bisa terhubung dengan ponsel sehingga datanya bisa dikirim ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai untuk analisisnya.
(up/ir)











































