Tingkat Stres Naik Dari Tahun ke Tahun Sejak 1983

Tingkat Stres Naik Dari Tahun ke Tahun Sejak 1983

- detikHealth
Jumat, 15 Jun 2012 17:28 WIB
Tingkat Stres Naik Dari Tahun ke Tahun Sejak 1983
ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta - Kalau sering merasa stres akibat rutinitas sehari-hari, maka jangan khawatir sebab kebanyakan orang mengalami hal yang serupa. Nyatanya, tingkat stres mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sebuah penelitian menemukan bahwa tingkat stres di masyarakat sudah mulai meningkat sejak 29 tahun yang lalu.

Sejak tahun 1983 sampai 2009, tingkat stres mengalami peningkatan sebesar 18% pada wanita dan 24% pada pria. Kesimpulan ini ditemukan oleh para peneliti di Carnegie Mellon University di Pittsburgh yang menganalisis data lebih dari 6.300 orang. Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat dan dianggap sebagai yang kali pertama membandingkan tingkat stres.

"Data menunjukkan, telah terjadi peningkatan stres dari waktu ke waktu," kata peneliti, Sheldon Cohen, psikolog sekaligus direktur Carnegie Mellon's Laboratory for the Study of Stress, Immunity and Disease seperti dilansir Medical Daily, Jumat (15/6/2012).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini dimuat dalam Journal of Applied Social Psychology. Dalam penelitian yang dilakukan tahun 1983, 2006 dan 2009, peneliti menemukan bahwa kelompok yang memiliki tingkat stres tinggi adalah wanita, orang dengan pendapatan rendah dan orang yang kurang berpendidikan. Peneliti juga menemukan bahwa tingkat stres menurun seiring pertambahan usia.

"Orang berusia 30 tahun tingkat stresnya lebih rendah dibanding yang berumur 20 tahun. Orang yang berusia 40 tahun tingkat stresnya lebih rendah dibanding yang berumur 30 tahun," kata Cohen.

Ketiga survei menggunakan skala stres atau Perceived Stress Scale (PSS). Skala ini disusun Cohen pada tahun 1983 untuk menilai sejauh mana situasi dalam hidup yang dianggap memicu stres.

Setiap responden menjawab serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk mengevaluasi tingkat stres. Peneliti menggunakan skala untuk menganalisis tanggapan kemudian menghitung skornya secara keseluruhan. Skor yang tinggi mengindikasikan stres yang lebih besar. Hasil menunjukkan peningkatan stres dari tahun 1983 sampai 2009 berkisar antara 10% sampai 30%.

"Cohen adalah seorang detektif yang baik. Dia menggunakan pengukuran stres yang dirasakan secara subjektif," kata David Spiegel, psikiater sekaligus direktur Center on Stress and Health at Stanford University School of Medicine di Stanford, California.

Pria kulit putih berusia pria paruh baya yang bergelar sarjana dan sudah bekerja adalah kelompok yang paling terpengaruh akibat penurunan ekonomi. Cohen mengatakan, kenaikan pada kelompok itu hampir 2 kali lipat dari setiap kelompok.

"Penelitian ini lebih kredibel daripada survei yang kebanyakan ada dan hasilnya masuk akal. Pada awal tahun 1980-an dibandingkan dengan saat ini, ada tekanan ekonomi yang lebih besar dan lebih sulit memastikan informasi," kata Paul Rosch, presiden American Institute of Stress yang bermarkas di New York.





(pah/ir)

Berita Terkait