"Kalau gigi dipastikan normal, dicek semua normal jangan keburu dicabut dulu," ujar dr M Sofyanto, SpBS dari RS Bedah Surabaya dalam acara 'Trigeminal Neuralgia Bukan Gejala Sakit Gigi Biasa' di Hotel Borobudur, Jakarta beberapa waktu lalu dan ditulis Senin (10/9/2012).
Ciri umum dari penderita trigeminal neuralgia ini yaitu daerah di sekitar gusi, gigi dan sebagian wajah mengalami sakit yang luar biasa, karena itu selama ini penderita trigeminal neuralgia selalu menduga giginya adalah pemicu rasa sakit tersebut sehingga kadang tidak keberatan jika giginya dicabut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyebabnya bukan karena gigi, bukan stres dan bukan juga misteri. Tapi akibat korslet persentuhan antara saraf trigeminal yaitu saraf nomor 5 dengan pembuluh darah kecil, hanya nyentuh saja," ujar dr Sofyanto.
dr Sofyanto menuturkan jika mengalami hal ini maka bukan sakit gigi penyebabnya melainkan trigeminal neuralgia yaitu:
1. Kalau gigi dipastikan normal dan dicek juga normal maka jangan keburu dicabut terlebih dahulu
2. Rasa nyeri yang muncul sifatnya akut
3. Sifat rasa sakitnya spontan atau meledak seperti ada terkena petir lalu hilang
4. Hanya ada satu sisi wajah saja dan tidak mungkin nyebrang ke sisi yang berlawanan.
Gangguan psikis berupa cemas, tegang dan lainnya hanya memperparah reaksi dan bukan sebagai pemicu. Semakin cemas maka denyut pembuluh darah yang menekan saraf nomor 5 semakin kuat sehingga reaksi penderita akan makin parah. Jadi penyebabnya bukan dari gigi atau psikologis lain.
Trigeminal neuralgia sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1966 di Amerika Serikat dan di Jepang juga ada, hanya edukasi ke masyarakat masih kurang. Jadi masyarakat kurang kenal dan dokter pun banyak yang tidak tahu karena masih langka di Indonesia.
"Diperkirakan ada sekitar 30 ribu orang Indonesia yang memiliki kondisi ini, karena itu kita akan mengembangkan supaya center-center lain bisa melakukan penanganan untuk kondisi ini," ujar dr Sofyanto.
Penanganan untuk kondisi ini adalah memisahkan perlengketan antara pembuluh darah dan saraf yaitu melalui pembedahan. Operasi ini sendiri terbilang singkat yaitu sekitar 1,5-2 jam.
Operasi microsurgery ini tanpa pendarahan dan tidak melukai struktur otak normal. Prosedur operasi ini memerlukan ketelitian dan kecermatan tinggi, namun biasanya pasien sudah bisa pulang dari rumah sakit setelah dirawat sekitar 2-3 hari bila tidak ada keluhan yang berarti dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
"Yang diperlukan pasien menjelang operasi adalah persiapan mental dan dukungan dari keluarga serta kerabat. Sedangkan setelah operasi hanya diberikan obat analgesik atau anti nyeri dan tingkat kekambuhan atau perlu operasi ulang hanya 2 persen," ujar dr Sofyanto.
(ver/ir)











































