"Ponsel adalah bagian dari budaya konsumen. Bukan hanya alat untuk para konsumen, tetapi juga digunakan sebagai simbol status. Ponsel juga mengikis hubungan personal kita," kata peneliti James Roberts, Ph.D., profesor marketing di Baylor's Hankamer School of Business seperti dilansir Medical Daily, Jumat (30/11/2012).
Para peneliti mempelajari survei dari 191 orang mahasiswa bisnis di 2 universitas AS. Hasilnya menemukan sekitar 90 persen mahasiswa menggunakan ponsel. Kemudahan ponsel yang dapat digunakan setiap saat hari, bahkan saat jam pelajaran, membuat penggunaannya jadi berlebihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Roberts, ponsel memicu kecenderungan impulsif bagi penggunanya. Impulsif berperan penting dalam perilaku kecanduan, baik kecanduan perilaku maupun kecanduan zat. Kecanduan ponsel bahkan dapat disamakan dengan kecanduan kartu kredit dan perilaku membeli yang impulsif.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak-anak mengirim SMS rata-rata sebanyak 109,5 pesan atau sekitar 3.200 teks per bulan. Orang dewasa muda memeriksa ponselnya 60 kali dalam sehari dan anak kuliahan menghabiskan waktunya sekitar 7 jam per hari untuk berinteraksi lewat ponsel.
"Sekilas orang mungkin memiliki kecenderungan untuk mengabaikan penggunaan ponsel. Tapi hasil kajian yang muncul makin meyakinkan adanya peningkatan kasus kecanduan ponsel dan perilaku kecanduan yang serupa," pungkas Roberts.
(pah/vit)











































