Berpantang mengkonsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan perasaan seperti sakau dan depresi, demikian kesimpulan sebuah penelitian yang dimuat International Journal of Obesity. Hal ini dapat menjelaskan mengapa berhenti mengkonsumsi junk food atau makanan berlemak lain sangatlah sulit dan membuat upaya diet jadi gagal.
"Bahan kimia yang diubah oleh makanan berkaitan dengan depresi. Perubahan pola makan dapat menyebabkan gejala sakau dan meningkatnya kepekaan terhadap stres, sehingga membuat lingkaran setan makanan," kata peneliti, Stephanie Fulton seperti dilansir Medical Daily, Kamis (13/12/2012).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanan ternyata mempengaruhi otak dan perilaku para tikus. Tikus yang makan banyak lemak lebih sering menunjukkan tanda-tanda kecemasan dibanding tikus yang makan sedikit lemak. Tikus yang makan banyak lemak juga lebih banyak memiliki kandungan CREB, yaitu molekul yang pembentuk dopamin, daya ingat dan stres.
Perubahan dalam otak tikus ini menyebabkan terjadinya peningkatan risiko depresi dan perilaku negatif. Secara garis besar, gejala-gejala yang dialami tikus ini menyerupai gejala sakau seperti pengguna narkoba. Perubahan ini terjadi bahkan sebelum tikus mengalami obesitas.
"Temuan ini menantang pemahaman kita tentang hubungan antara makanan, tubuh dan pikiran," pungkas Fulton.
(pah/vit)











































