Makanan Berlemak Mirip Narkoba, Bikin Sakau Jika Stop Dikonsumsi

Makanan Berlemak Mirip Narkoba, Bikin Sakau Jika Stop Dikonsumsi

- detikHealth
Kamis, 13 Des 2012 16:54 WIB
Makanan Berlemak Mirip Narkoba, Bikin Sakau Jika Stop Dikonsumsi
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Walau berisiko bikin berat badan meroket, makanan berlemak tetap digandrungi banyak orang. Upaya untuk mengurangi konsumsi makanan ini lebih banyak berujung dengan kegagalan. Sebuah penelitian menemukan mengapa hal ini terjadi, yaitu karena makanan berlemak bisa membuat sakau layaknya narkoba.

Berpantang mengkonsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan perasaan seperti sakau dan depresi, demikian kesimpulan sebuah penelitian yang dimuat International Journal of Obesity. Hal ini dapat menjelaskan mengapa berhenti mengkonsumsi junk food atau makanan berlemak lain sangatlah sulit dan membuat upaya diet jadi gagal.

"Bahan kimia yang diubah oleh makanan berkaitan dengan depresi. Perubahan pola makan dapat menyebabkan gejala sakau dan meningkatnya kepekaan terhadap stres, sehingga membuat lingkaran setan makanan," kata peneliti, Stephanie Fulton seperti dilansir Medical Daily, Kamis (13/12/2012).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari University of Montreal terhadap tikus. Beberapa tikus diberi makanan kaya lemak, sedangkan tikus lainnya diberi makanan rendah lemak. Tikus yang mendapat makanan kaya lemak makin lebar lingkar pinggangnya sebanyak 11 persen, namun belum sampai menjadi obesitas.

Makanan ternyata mempengaruhi otak dan perilaku para tikus. Tikus yang makan banyak lemak lebih sering menunjukkan tanda-tanda kecemasan dibanding tikus yang makan sedikit lemak. Tikus yang makan banyak lemak juga lebih banyak memiliki kandungan CREB, yaitu molekul yang pembentuk dopamin, daya ingat dan stres.

Perubahan dalam otak tikus ini menyebabkan terjadinya peningkatan risiko depresi dan perilaku negatif. Secara garis besar, gejala-gejala yang dialami tikus ini menyerupai gejala sakau seperti pengguna narkoba. Perubahan ini terjadi bahkan sebelum tikus mengalami obesitas.

"Temuan ini menantang pemahaman kita tentang hubungan antara makanan, tubuh dan pikiran," pungkas Fulton.

(pah/vit)

Berita Terkait